KOTA BEKASI – Mesin politik PKB Kota Bekasi kembali dipanaskan. Minggu (11/8/2025) malam, Dewan Pengurus Cabang (DPC) PKB Kota Bekasi menggelar Pramusyawarah Anak Cabang (Pramusancab) Zona 2 di Cafe 2000 Tiga, Bekasi Timur. Tempatnya santai, tapi agendanya serius bahkan terkesan seperti “tes masuk universitas” versi politik.
Sekitar 500 kader dari enam kecamatan se-Kota Bekasi berbondong-bondong hadir, siap melewati proses assessment dan wawancara ala sidang skripsi. Bedanya, kali ini yang menilai adalah tim asesor dari Dewan Pengurus Wilayah (DPW) PKB Jawa Barat bersama DPC PKB Kota Bekasi.
Ketua DPC PKB Kota Bekasi Rizki Topananda menegaskan, kegiatan ini bukan sekadar kumpul-kumpul kader atau acara “ngopi politik.” Pramusancab adalah agenda resmi lima tahunan PKB untuk merombak struktur, menyegarkan mesin partai, dan memutuskan siapa yang layak pegang kemudi menuju Pemilu 2029.
“Ini siklus lima tahunan PKB. Kita restrukturisasi, perkuat mesin, dan pastikan yang masuk pengurus bukan sekadar modal kaos hijau, tapi punya kemampuan tempur di lapangan,” ujar Rizki sambil menegaskan proses seleksi berlangsung terbuka.
Rizki menjelaskan, tak semua yang hadir akan duduk di kursi DPC. Ada yang akan ditempatkan di ranting, ada yang di tingkat kelurahan, dan mungkin ada yang diminta kembali menjadi “pasukan darat” di akar rumput.
“Yang jelas, kita cari energi positif untuk 2029. Pengurus lama bisa bertahan, pengurus baru bisa masuk. Intinya: siapa pun yang bisa melipatgandakan suara, silakan ikut kapal,” tegasnya.
Zona 2 ini mencakup enam kecamatan, melanjutkan Zona 1 yang sudah tuntas sebelumnya. Hasil seleksi akan dibawa ke Musyawarah Anak Cabang (Musancab) yang mempertemukan seluruh 12 kecamatan di satu titik mungkin mirip “rapat akbar” tapi dengan bumbu perebutan posisi strategis.
Waktu Musancab masih dirahasiakan, tapi dipastikan akan dikoordinasikan bersama DPW PKB Jawa Barat.
Menariknya, acara ini juga dihadiri Wakil Wali Kota Depok Chandra Rahmansyah, yang merangkap Wakil Ketua DPW PKB Jawa Barat.
Ia turun langsung melakukan wawancara, layaknya dosen penguji tamu yang sudah hafal trik-trik menguji mental calon kader.
Kalau biasanya partai hanya ramai menjelang pemilu, PKB Kota Bekasi mencoba tampil beda. Mereka memulai seleksi jauh-jauh hari mungkin agar 2029 tidak lagi jadi ajang “kaget panitia.”
Namun, tetap saja, di balik bahasa manis restrukturisasi, publik paham: ini juga soal siapa yang dapat jatah, siapa yang hanya dapat undangan.
Kalau mau ikut main di papan atas politik, di PKB Bekasi sudah jelas pesannya, siap mental, siap kerja, dan jangan cuma siap selfie bareng caleg.***