SERANG – Polisi akhirnya mengungkap rahasia dapur seorang “chef beras oplosan” berinisial SU (46), warga Kabupaten Serang, Banten. Terungkap ternyata, ia sudah lebih dari 10 tahun menjalankan bisnis ala MasterChef versi ekonomi gelap: meramu beras kotor jadi “premium” lalu dijual pakai merek terkenal.
Kapolres Serang AKBP Condro Sasongko mengatakan, praktik ini terbongkar setelah warga curiga dengan aktivitas di pabrik penggilingan padi Kecamatan Pamarayan.
“Warga heran, kok aroma padi lebih mirip gudang kutu,” ujarnya.
Saat digerebek, polisi menemukan 10 ton beras tidak layak konsumsi, 94 karung beras oplosan siap edar, serta koleksi karung bermerek seperti Ramos dan Rojo Lele. Lengkap dengan mesin heller yang selama ini menjadi “alat sulap” tersangka.
Modus Dari Hajatan Jadi Dagangan
SU punya ide yang, kalau di stand up comedy, mungkin disebut “absurd tapi nyata.” Ia membeli beras sisa hajatan seharga Rp10 ribu per kilo.
Bukan cuma bekas nasi kotak, tapi sudah kotor dan berkutu. Nah, biar tampil mewah, beras itu dicampur dengan beras premium, dipoles pakai mesin, lalu dikemas ulang seolah-olah keluar dari pabrik resmi.
Setelah jadi, karung 25 kilo dijual Rp200 ribu. Dari setiap karung, SU mengantongi laba Rp98.200. Bayangkan, untungnya lebih gurih daripada margin jualan cendol dawet.
Satu Dekade Oplosan
“Bisnis haram ini sudah berlangsung lebih dari 10 tahun,” kata Condro. Artinya, sejak zaman BBM masih Rp4.500 per liter, tersangka sudah lebih dulu menaikkan “harga pangan rakyat” dengan cara menipu.
Selain beras, polisi juga menyita mobil pikap yang dipakai mengantar oplosan. Kalau dulu orang Serang bangga punya pikap buat panen, kini pikapnya jadi saksi bisu panen tipu-tipu.
Pesan Moral dari Polisi
Kapolres pun mengimbau warga agar lebih teliti sebelum membeli. “Kalau karung berasnya kelihatan premium tapi isinya malah ada kutu, jangan salahkan kutunya, salahkan pedagangnya,” ujarnya sambil mengingatkan masyarakat segera melapor ke call center 110.***







