Scroll untuk baca artikel
Politik

PPP Kembali Pecah: Mardiono Klaim Aklamasi, Agus Suparmanto Ditetapkan Ketum di Dinihari

×

PPP Kembali Pecah: Mardiono Klaim Aklamasi, Agus Suparmanto Ditetapkan Ketum di Dinihari

Sebarkan artikel ini
Bendera PPP

JAKARTA Partai Persatuan Pembangunan (PPP) kembali menampilkan wajah lamanya: pecah kongsi di tengah muktamar. Setelah Mardiono lebih dulu mengklaim terpilih sebagai Ketua Umum secara aklamasi pada Sabtu (27/9/2025) malam, hanya beberapa jam berselang, Minggu (28/9/2025) pukul 01.05 WIB dinihari, forum muktamar justru menetapkan Agus Suparmanto sebagai Ketua Umum terpilih periode 2025–2030, juga dengan dalih aklamasi.

Ironisnya, dua klaim “aklamasi” ini muncul dalam forum yang sama, dengan peserta yang sebagian besar masih berada di arena sidang muktamar. Publik pun dibuat bingung: siapa sebenarnya Ketum PPP yang sah?

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Kronologi “Dua Aklamasi”

Romy Menolak Klaim Mardiono

Tak lama setelah klaim Mardiono beredar di media, Romahurmuziy, Ketua Majelis Pertimbangan DPP, membantah keras. Ia menegaskan muktamar masih berjalan, sidang paripurna baru sampai agenda laporan pertanggungjawaban DPP, dan klaim Mardiono hanyalah propaganda sepihak.

Romy bahkan menyebut klaim aklamasi Mardiono sebagai “PALSU, klaim sepihak, tidak bertanggung jawab, dan upaya memecah belah partai.”

Agus Resmi Pegang Palu

Situasi makin dramatis ketika menjelang subuh, palu sidang akhirnya menetapkan Agus Suparmanto sebagai Ketua Umum PPP. Agus, mantan Menteri Perdagangan, menyampaikan pidato kemenangan penuh retorika: PPP adalah partai besar yang akan kembali besar, dengan target utama kembali masuk Senayan.

Dengan pengukuhan dinihari itu, posisi Agus jauh lebih kokoh dibanding klaim Mardiono sebelumnya. Terlebih, Romy kini resmi masuk jajaran formatur, menguatkan legitimasi Agus di mata sebagian besar DPW.

PPP: Partai Pecah Pecah?

Fenomena dua klaim ketum hanya dalam selang beberapa jam menegaskan tradisi lama PPP: setiap muktamar selalu meninggalkan residu perpecahan. Dari era Djan Faridz vs Romy, hingga kini Mardiono vs Agus, PPP seakan tak pernah belajar dari sejarahnya sendiri.

Kini, PPP menghadapi ancaman ganda: perebutan kursi Ketum di internal partai, dan perjuangan berat agar bisa lolos ambang batas parlemen. Publik pun bertanya-tanya, dengan drama semacam ini, apakah PPP benar-benar siap “kembali besar” atau justru akan “kembali bubar”?***

SHARE DISINI!