Proporsinya bisa bergeser. Tergantung konteks waktu dan wilayah. Misalnya, konflik Palestina bisa membesar prosentasenya pada saat perang terbuka terjadi.
Urutan pertama adalah “Konflik & Krisis Kemanusiaan”. Menempati 20% porsi problem ummat Islam global. Kekerasan, penjajahan, dan genosida yang menimpa umat Islam di berbagai negara.
Sebagai contoh adalah Palestina – Genosida di Gaza (2023–2025): ribuan korban sipil, rumah sakit diserang, blokade total. Yaman – perang sipil dan bencana kemanusiaan: konflik berkepanjangan antara Houthi vs koalisi Saudi, kelaparan massal. Suriah – fragmentasi dan eksodus jutaan pengungsi: sisa-sisa ISIS, Assad masih berkuasa dengan dukungan Rusia (sebelum akhirnya tumbang). Rohingya – kamp pengungsian di Bangladesh penuh penderitaan: tak ada kepastian kewarganegaraan.
Uyghur – isu represi kultural dan agama oleh pemerintah Cina: Masjid dibongkar, kitab suci dibakar, pendidikan Islam dilarang.
Urutan kedua, ditempati isu “Islamofobia & Diskriminasi Global”. Peningkatan kebencian dan kebijakan anti-Islam di negara mayoritas non-Muslim. Porsinya 15%.
India – Islamofobia negara: larangan jilbab, pembatasan kurban, kekerasan oleh kelompok Hindu nasionalis. Prancis – Larangan abaya dan simbol Islam di sekolah: berbagai undang-undang sekular yang menyasar Muslimah. Swedia & Denmark – pembakaran Al-Qur’an secara legal di depan publik (2023): pemerintah tak mencegah, mengatasnamakan kebebasan berekspresi. Tiongkok – Isu diskriminasi masif Uyghur: penahanan massal dan kerja paksa.
AS & Eropa – peningkatan kejahatan kebencian terhadap Muslim: Termasuk pelecehan di media, ancaman ke masjid, pelarangan masjid baru.
Urutan ketiga: Perpecahan Politik Dunia Islam (12%). Blok-blok negara Islam yang saling bertentangan dalam agenda geopolitik.
Sebagai contoh Arab Saudi vs Iran: meskipun ada normalisasi diplomatik (2023), tetap bersaing di Yaman dan Suriah. Turki-Qatar vs Mesir-UAE: perbedaan sikap terhadap Ikhwanul Muslimin dan Hamas. Normalisasi negara Arab dengan Israel (Abraham Accords): ditentang oleh banyak elemen umat. Lemahnya OIC dalam merespons krisis Gaza dan Uyghur. Fragmentasi sikap atas Taliban dan Afghanistan: tak semua negara Muslim mengakui rezim Taliban.
Keempat, “ketertinggalan Ilmu, Teknologi & Ekonomi” (12%). Kontribusi umat Islam terhadap riset, inovasi, dan penguasaan ekonomi sangat minim.