Opini

Presiden Soeharto, Pasar Klewer dan Presiden Prabowo

×

Presiden Soeharto, Pasar Klewer dan Presiden Prabowo

Sebarkan artikel ini
H. M Soeharto Presiden ke-2 RI - foto net
H. M Soeharto Presiden ke-2 RI - foto net

Catatan Harian Abdul Rohman Sukardi

WAWAINEWS.ID – Tanggal 9 Juni 1971. Beberapa tahun setelah terpilih sebagai Presiden. Pemilu pertama era Orde Baru hendak dilaksanakan. Presiden Soeharto membuat pidato bersejarah. Tanpa teks. Di pasar Klewer Solo.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Peristiwa itu sehari setelah peresmian monumen Tri Darma Mangkunegaran. Tanggal 8 Juni 1971. Berada di antara kompleks Astana Giri Bangun dan Astana Giri Layu Mangadeg.

Tepatnya di bawah makam Giri Layu. Kompleks makam raja-raja Mangkunegaran.

Di Klewer itu, Presiden Soeharto meresmikan selesainya rehabilitasi pasar. Pusat perdagangan besar di area Solo Raya. Bahkan untuk kawasan sekitarnya.

Termasuk tempat kulakan pedagang-pedagang dari Bali. Pasar itu setipe dengan Tanah Abang Jakarta.

Momentum peresmian itu Presiden Soeharto menyampaikan pidato tanpa teks. Tentang strategi pembangunan Indonesia. Bahwa Indonesia adil dan makmur tidak bisa dicapai seketika.

Indonesia memang kaya sumberdaya alam. Akan tetapi belum memiliki modal besar untuk mengelolanya. Harus dilakukan pembangunan bertahap berkelanjutan.

Mulai pembangunan pertanian, pengolahan bahan mentah menjadi setengah jadi. Pengolahan bahan baku menjadi barang jadi. Hingga produk ekspor.

BACA JUGA :  Kok Bisa, Situs BIN Diretas HACKER!!

Termasuk industrialisasi. Satu tahap di mana Pembangunan industri yang kuat akan tetapi ditopang pertanian yang tangguh.

Pidato itu kemudian diterjemahkan para menterinya. Diitegrasikan dalam konsep repelita. Konsep pembangunan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.

Dijabarkan melalui konsep yang mudah dipahami secara jelas setiap tahapannya. Termasuk target-targetnya. Bahkan oleh masyarakat umum.

Pelita I (1969/1970 s/d 1973/1974). Menekankan rehabilitasi dan stabilisasi ekonomi. Dari dampak hyperinflasi 650% pada akhir Orde Lama. Juga pembangunan sektor pertanian dan sektor industri pendukung industri pertanian.

Pidato klewer itu berada pada tahapan reahabilitasi dan stabilisasi ekonomi. Untuk kemudian dilanjutkan pada program pembangunan bertahap berkelanjutan.

Pelita II merupakan tahap pelaksanaan program pembangunan bertahap dan berkelanjutan secara penuh. Berlangsung tahun 1974/1975-1978/1979. Fokusnya pembangunan sektor pertanian dan sektor industri yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku.

Pelita III (1979/1980-1983/1984). Fokusnya pembangunan pertanian untuk terwujudnya swasembada pangan. Juga pembangunan sektor industri yang mengolah bahan baku menjadi barang jadi.

Pelita IV (984/1985 s/d 1988/1989). Fokusknya pembangunan sektor pertanian untuk melanjutkan usaha-usaha pencapaian swasembada pangan. Juga pembangunan sektor industri yang dapat menghasilkan mesin-mesin industri sendiri. Pelita V (1989/1990-1993/1994).

BACA JUGA :  PM Malaysia ke PT Pindad, Jajaki Kerjsama Pertahanan dengan Indonesia

Konsolidasi insfrastruktur perekonomian bangsa. Juga percepatan penguasaan high tech (teknologi tinggi) sebagai landasan untuk menjadi negara maju. Tinggal Landas. Istilah populer kala itu.

Pelita VI (1994/1995-1998/1999) pembagunan untuk mensejajarkan diri dengan negara-negara maju. Industri-industri strategis seperti PT IPTN, PT PINDAD, PAL, dll, mulai produksi. Termasuk program mobil nasional. Akan tetapi dihantam krisis 1997.

Pelita VII (1999/2003). Program mensejajarkan diri dengan negara maju. Menjadi negara industri. Akan tetapi dihantam krisis multidimensi 1998. Presiden Soeharto berhenti dari jabatanya. Berlangsunglah era reformasi.

Pidato Presiden Prabowo Tanggal 20 Oktober 2024. Pada saat pelantikan di Gedung MPR juga menyampaikan visinya. Membawa Indonesia daulat pangan, daulat energi, daulat air. Juga hilirisasi.

Esensi hilirasi ini sebenarnya mirip program pelita III. Megolah bahan baku menjadi barang jadi.

Berbeda dengan dengan Persiden Soeharto. Memulai pembangunan dari nol. Ketika harus menyiapkan infrastruktur dasar. Termasuk Industri pendukung pembangunan. Seperti industri baja, industri bahan perumahan, dll.

Presiden Prabowo mewarisi situasi lebih baik. Seharusnya bukan saja hilirasi dasar. Akan tetapi sudah pada tahap produksi produk teknologi.

BACA JUGA :  Satu Bulan Prabowo-Gibran

Kabinet Presiden Soeharto juga mampu merumuskan strategi pembangunan melalui narasi sederhana. Termasuk tahap dan target capaian.

Memungkinkan masyarakat menyumbangkan partisipasinya. Melalui gerakan pembangunan rakyat semesta. Pembangunan di segala bidang.

Problemnya: mampukah Kabinet Merah Putih merumuskan narasi besar Presiden Prabowo itu dalam narasi sederhana.

Menjadi program yang mudah dipahami tahapan-tahapan dan output-nya oleh segenap rakyat. Agar partisipasi kolektif segenap rakyat mudah diwujudkan.

Rakyat harus dilibatkan dalam partisipasi pembangunan semesta. Pembagunan tidak akan optimal jika narasi besar itu hanya menjadi narasi kabinet.

Hanya menjadi pekerjaan kabinet yang asing dari rakyatnya. Rakyat hanya menjadi obyek pembangunan. Tidak dijadikan subyek pembangunan itu sendiri.

Narasi besar Presiden Prabowo itu harus bisa diterjemahkan secara operasional dalam sajian mudah dipahami segenap masyarakat. Niat mulia Presiden Prabowo itu juga harus dijadikan pekerjaan dan agenda bersama seluruh rakyat.

Tidak bisa rakyat hanya dibiarkan sebagai penonton.

Partisipasi masyarakat merupakan bagian penting keberhasilan pembangunan sebuah bangsa.

ARS (rohmanfth@gmail.com), Jaksel, 25-10-2024.***

Abdul Rohman Sukardi
Abdul Rohman Sukardi