LAMPUNG TIMUR – Sudah hampir sepuluh hari, sejumlah sekolah di Kecamatan Way Jepara, Lampung Timur harus menelan pahit tanpa “makan bergizi gratis” (MBG). Bukan karena perut siswa tiba-tiba kenyang ilmu, tapi karena dapur MBG memutuskan berhenti beroperasi hingga batas waktu yang tak jelas ujungnya.
Salah satu sekolah yang terdampak adalah SMAN 1 Way Jepara.
“Iya pak, sudah sepuluh hari nggak ada makan gratis. Entah kenapa, alasannya kami juga nggak tahu,” ungkap seorang siswa, 24 September 2025.
Komite sekolah pun mengamini kabar tersebut.”Informasinya dihentikan karena pembayaran dari pemerintah belum turun. Jadi dapur nggak bisa jalan,” jelasnya.
Surat resmi pun beredar. Yayasan Surya Sejahtera Bersama, lewat berita acara bernomor 002/SPPG/LR1/BA/TK/2025, menyatakan sejak 17 September 2025 distribusi MBG dihentikan.
Alasannya klise: anggaran dari pemerintah belum mengalir ke SPPG (Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi) Kecamatan Labuhan Ratu.
Ironisnya, ini bukan kali pertama program MBG jadi sorotan. Sebelumnya, puluhan santri di Kecamatan Mataram Baru diduga keracunan usai menyantap menu MBG. Gratis sih, tapi kalau ujungnya masuk UGD, bukannya “makan bergizi” malah “makan berisiko.”
Sementara itu, salah satu pengelola yayasan lain mencoba memberi perspektif berbeda:
“Mungkin masalahnya cuma soal waktu pencairan anggaran, atau bisa juga ada problem di dapur mereka. Buktinya dapur saya aman-aman saja,” sindirnya.
Program yang digadang-gadang sebagai solusi gizi anak bangsa ini justru tersendat di meja birokrasi dan rapuh di dapur pelaksana. Gratisnya makan ternyata bergantung pada cairnya dana. Dan kalau dana seret, ya perut siswa yang ikut kempis.***
