PESAWARAN – Ratusan warga dari Kecamatan Kedondong, Pasar Baru, Way Kepayang hingga Kubu Batu di Way Khilau, Selasa (15/7/2025), mendadak geruduk Kejaksaan Negeri Pesawaran. Bukan untuk studi banding atau sekadar silaturahmi, mereka datang membawa keresahan dan bau keringat tanpa air bersih.
Proyek Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) yang dicanangkan sejak 2022 dengan nilai fantastis Rp8 miliar, ternyata cuma SPAM tanpa air, alias proyek kering kerontang yang hanya mengalir di papan proyek dan lembar anggaran.
“Sudah tiga tahun kami nunggu airnya nyampe ke keran, tapi yang nyampe cuma kecurigaan,” ujar Okvia Niza, salah satu warga yang ikut aksi. “Mau mandi pun pakai air hujan, itu juga rebutan sama tanaman,” tambahnya dengan nada getir.
Tragisnya proyek air bersih yang dibangun di bawah tanggung jawab Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman, justru pelaksana teknisnya berasal dari Dinas PUPR. Warga pun bertanya-tanya “Ini proyek air atau proyek silang kompetensi dinas?”
“Yang kerja PUPR, yang tanggung jawab Perkim, yang nggak kebagian air, ya kami!” cetus warga lain sambil mengangkat botol bekas isi galon yang sekarang hanya diisi angin harapan.
Kondisi ini membuat warga menduga bahwa proyek bernilai Rp8 miliar tersebut bukan ditujukan untuk menyalurkan air bersih, melainkan menyalurkan dana pusat ke dompet segelintir elit lokal.
“Dari pada air bersih, yang terasa malah air mata rakyat,” sindir salah satu orator dalam unjuk rasa.
Kepala Kejaksaan Negeri Pesawaran, Tandy Mu’alim, akhirnya menerima perwakilan demonstran. Ia menyatakan bahwa pihaknya sudah mulai memeriksa dinas terkait.
“Dinasnya sudah kami periksa. Prosesnya jalan,” ujar Tandy, yang langsung disambut lirikan warga: jalan yang mana, Pak? Tol atau tikungan proyek?
Meski begitu, Tandy menjanjikan hasilnya akan disampaikan secara terbuka kepada masyarakat. Sementara warga berharap hasilnya bukan sekadar laporan panjang yang akhirnya menguap seperti air proyek SPAM itu sendiri.
Warga bersikukuh, jika dalam waktu dekat tidak ada tindak lanjut dan pertanggungjawaban yang jelas, mereka siap kembali turun aksi, bahkan lebih besar. Menurut mereka, proyek SPAM ini bisa jadi SPAM beneran alias sampah informasi kalau tidak ditindak secara serius.
“Daripada nunggu air bersih dari proyek, mendingan kami gali sumur keadilan. Siapa tahu masih ada nurani di kedalaman,” ujar seorang tokoh masyarakat dengan nada nyinyir.***