Scroll untuk baca artikel
Zona Bekasi

Rakyat Miskin Kepung DPRD Bekasi: “Tunjangan Dewan Gede, Rakyat Jalan Kaki!”

×

Rakyat Miskin Kepung DPRD Bekasi: “Tunjangan Dewan Gede, Rakyat Jalan Kaki!”

Sebarkan artikel ini
Rabu (10/9/2025), gedung DPRD Kota Bekasi mendadak panas. Ratusan massa yang menamakan diri Aliansi Rakyat Miskin Kota menyerbu kantor dewan dengan enam tuntutan tajam, mulai dari pembebasan massa aksi hingga pemangkasan tunjangan mewah para wakil rakyat.

KOTA BEKASI – Rabu (10/9/2025), gedung DPRD Kota Bekasi mendadak panas. Ratusan massa yang menamakan diri Aliansi Rakyat Miskin Kota menyerbu kantor dewan dengan enam tuntutan tajam, mulai dari pembebasan massa aksi hingga pemangkasan tunjangan mewah para wakil rakyat.

Aliansi ini terdiri dari berbagai elemen masyarakat dari sopir angkot yang sempat diintimidasi, mahasiswa, beserta gabungan lembaga kemasyarakatan. Mereka kompak mempertanyakan: “Kalau DPRD terlalu mesra dengan eksekutif, siapa yang mau ngawasin pemerintah? Jangan-jangan kontrol sosialnya ikut hilang ditelan nasi kotak rapat paripurna?”

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

6 Tuntutan Rakyat Miskin Kota

Palang Kereta dan Tunjangan Dewan Jadi Sorotan

Tak hanya tuntutan, massa juga menyentil soal palang pintu kereta api di Bulak Kapal yang rusak dan membahayakan. “Itu aja nggak beres, tapi tunjangan dewan jalan terus. Aneh kan?” pekik peserta aksi dalam orasinya.

Sementara itu, tunjangan DPRD menjadi sorotan paling pedas. Massa menilai para wakil rakyat lebih sibuk mengurus kenyamanan pribadi ketimbang kenyamanan publik. “Kalau kursi empuk, mobil dinas, rumah, pulsa, sampai makan-minum ditanggung negara, jangan-jangan nanti tisu meja pun minta APBD?” kata salah satu orator yang disambut tawa getir peserta aksi.

DPRD di Persimpangan: Dengar Rakyat atau Dengar Perut?

Aksi yang berlangsung riuh ini menegaskan bahwa warga Bekasi sudah jengah. Mereka menunggu, apakah DPRD Kota Bekasi benar-benar mewakili rakyat atau sekadar perwakilan ATM berjalan.

“Jangan lupa, rakyat miskin ini bukan cuma data statistik di meja birokrasi. Kami ada, lapar kami nyata, dan suara kami keras!” tutup koordinator aksi dengan suara yang memecah mikrofon.***