JAKARTA – Karier politik Uya Kuya tampaknya resmi tamat dengan cara yang tragikomedi: dari joget DPR ke rumah dijarah massa. Kediaman Uya di kawasan Duren Sawit, Jakarta Timur, digeruduk warga yang kesal setelah viralnya video “joget bareng” anggota DPR RI usai Sidang Tahunan MPR.
Rumah mewah yang dulu jadi panggung reality show kini berubah jadi arena “take everything you can”. Kursi, lemari, hingga perabot pribadi jadi saksi bisu amarah rakyat. Uya, yang kini berstatus anggota DPR nonaktif, hanya bisa menghela napas panjang lewat Instagram Story.
“Semoga apa yang kalian ambil bermanfaat buat kalian,” tulis Uya dengan gaya ikhlas-ikhlasan yang terdengar lebih mirip doa pengajian ketimbang protes politik.
Sebelum rumahnya jadi korban demo berlanjut penjarahan, Uya sempat bikin video permintaan maaf dengan wajah penuh penyesalan. Ia mengaku bersalah, walau entah salah yang mana — apakah salah joget, salah rekam, atau salah memilih masuk DPR.
“Saya menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya, tulus dari hati saya yang paling dalam,” kata Uya, dengan nada seperti orang yang baru gagal audisi Indonesian Idol.
Masalahnya, netizen masih ingat jelas bagaimana Uya ikut berjoget dengan anggota dewan lain. Apesnya lagi, video lama dirinya di-“goreng” kembali oleh oknum dengan narasi menantang rakyat. Jadilah reputasi Uya makin terjun bebas.
Dalam klarifikasinya, Uya bersikeras: joget itu murni karena ada musik paduan suara Universitas Pertahanan, bukan selebrasi kenaikan gaji DPR.
“Tapi yang digoreng, seolah-olah kami joget gara-gara gaji naik. Padahal nggak ada,” bela Uya.
Sayangnya, bagi publik, pembelaan itu sama absurdnya dengan alasan anak SMP yang bilang “PR nggak dikerjain karena dimakan kucing.”
Bahkan ada narasi yang mengaitkan dirinya dengan ucapan “Rp3 juta itu kecil.” Uya menolak keras: “Itu bukan gue yang ngomong. Videonya editan.”
Kini Uya sudah dinonaktifkan sebagai anggota DPR RI. Dari dulu dikenal sebagai presenter yang suka “bongkar-bongkar” rumah artis, kini justru rumahnya sendiri yang dibongkar massa. Ironi level dewa.
Uya mengaku ikhlas, walau jelas pahit. Ia merasa menjadi korban framing, editan, dan suasana politik yang sedang panas. Tapi rakyat keburu marah, dan bagi mereka, politisi yang joget saat rakyat berdarah-darah memang pantas dihakimi entah di parlemen, entah di Instagram, atau langsung di rumahnya sendiri.***