Scroll untuk baca artikel
Opini

Safari Ramadhan: Propaganda dan Netralisasi Hoax ?

×

Safari Ramadhan: Propaganda dan Netralisasi Hoax ?

Sebarkan artikel ini
Petugas melihat hilal, untuk menentukan jadwa Ramadhan 1440 H- foto dok ist
Petugas melihat hilal, untuk menentukan jadwa Ramadhan - foto dok ist

Catatan Harian Abdul Rohman Sukardi

WAWAINEWS.ID - “Menurut Petunjuk Bapak Presiden, Harga Gabah Kering Giling tahun ini meningkat. Harga-harga kebutuhan pokok terkendali”.

Begitu salah satu contoh style Harmoko. Menteri penerangan era Orde Baru. Ketika mengumumkan kebijakan harga-harga.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Aksentuasi dan ekspresinya meyakinkan. Tampil dengan sisiran rambut klimis dibelah.

Pengumuman harga kebutuhan pokok merupakan salah satu dari tiga programnya yang ikonik. Dua lainnya adalah Klompencapir dan Safari Ramadhan.

Klompencapir singkatan “kelompok pendengar, pembaca dan pirsawan” media. Dilakukan temu wicara secara periodik. Dialog dengan presiden merupakan acara dinanti-nanti rakyat kala itu.

Syafari Ramadhan merupakan acara silaturahmi. Kunjungan maraton keliling dari pesantren ke pesantren.

Menteri Harmoko tampil khas. Berbaju Safari, berkopyah (peci hitam) dan berkalung serban putih.

Agendanya mendekatkan pemerintah dengan masyarakat. Melalui momentum Ramadhan itu.

Secara normatif, syafari Ramadhan bermakna positif. Mempererat silaturahmi. Meningkatkan spiritualitas melalui tema-tema dan kegiatan keagamaan.

BACA JUGA :  Prioritas Penegakan Hukum?

Meningkatkan kesadaran sosial: membagi bantuan sosial, makanan, santunan anak yatim. Menyampaikan dakwah, revitalisasi masjid. Transfer ilmu pengetahuan, menjalin huhungan antar masyarakat dan pemerintah.

Agenda positif itu tidak jarang ditafsirkan dan dimaknai sebagai instrumen propaganda. Merupakan teknik pemerintah orde baru dalam memasukkan narasi dan agenda-agenda pembangunan ke tengah-tengah masyarakat. Menumpang acara keagamaan.

Muncul tudingan agenda Syafari Ramadhan esensinya konsolidasi politik pemerintah Orde Baru. Pendekatan kepada masyarakat melalui para tokohnya di luar agenda pemilu.

Curi start. Berikut berbagai macam tudingan lainnya.

Syafari Ramadhan dinilai sebagai propaganda kisah sukses kebijakan pembangunan. Berikut pembentukan citra kedekatan dan bahkan kesejiwaan pemerintah dengan masyarakat.

Terlepas beragam tudingan itu, Syafari Ramadhan pemerintah kepada masyarakat memiliki banyak aspek positif. Kegiatan ini bisa menjadi media sosialisasi kebijakan dan program pembangunan kepada masyarakat luas. Melalui para tokoh-tokohnya.

Target Syafari Ramadhan biasanya pondok-pondok pesantren. Para pimpian pondok merupakan opinion maker di tengah-tengah masyarakat. Mampu berkomunikasi melalui bahasa masyarakat dengan jangkauan luas.

BACA JUGA :  Presiden Prabowo Seriusi Transmigrasi?

Tanpa disadari, acara Syafari Ramadhan akan dengan sendirinya memunculkan juru-juru kampanye kebijakan dan program pemerintah. Kemacetan komunikasi antara pemerintah dengan masyarakat bisa diatasi.

Berbeda ketika para tokoh masyarakat ini hanya mendengar kebijakan dan program pembangunan dari media. Penjelasan langsung akan lebih mengena dan meyakinkan.

Safari Ramadhan juga merupakan sarana hotline. Saluran langsung masyarakat dalam memberikan masukan atau umpan balik terhadap pemerintah.

Akan timbul perasaan diorangkan. Bahwa eksistensi para tokoh masyarakat ini didengar oleh pemerintah. Karena program ini “direstui” pimpinan tertinggi negara, maka muncul keyakinan masukannya sampai ke pimpinan tertinggi itu.

Beragam hoax juga bisa cepat dinetralisir melalui kegiatan ini. Distorsi informasi antara kebijakan pemerintah dengan bias-bias informasi yang sampai dan kemudian memicu mispersepsi masyarakat, akan cepat dinetralisir. Pemerintah bisa menjelaskan secara langsung ketidakakurasian bias-bias informasi itu.

Era kini sepertinya tidak lagi lazim kegiatan Syafari Ramadhan. Oleh orang terdekat pimpinan tertinggi negara. Sosialisasi pembangunan bertumpu pada media dan buzzer. Para pimpinan pondok pesantren menjadi kurang dilibatkan sebagai juru kampanye pembangunan.

Hal ini bisa berakibat kurangnya forum konsolidasi para tokoh masyarakat untuk koordinasi dalam melawan hoax. Melawan misspersepsi, bias-bias atau distorsi-distorsi informasi kebijakan dan program pembangunan.

Agenda Ramadhan kini lebih banyak dihiasi kegiatan-kegiatan ifthar. Buka bersama. Di kediaman-kediaman pejabat. Acara ini hanya bisa diakses sedikit orang. Kebanyakan kaum elit.

Kini Ramadhan terasa kurang dioptimalkan oleh para pejabat, untuk mempersempit jarak antara dirinya dengan masyarakat luas. Komunikasi dengan masyarakat dilalui melalui saluran sempit juru bicara formal. Juga para media mitra propaganda.

Berbeda ketika semakin banyak tokoh masyarakat menyuarakan secara bersama-sama kebijakan dan program pembangunan. Resonansinya akan lebih luas. Masyarakat akan merasa diajak secara partisiatif dalam pembangunan.

Apa itu berarti Harmoko lebih lihai dalam komunikasi publik?. Dalam mengkontruksi komunikasi program dan kebijakan?. Kita bisa menilainya dari perspektif masing-masing.

ARS – Jakarta (rohmanfth@gmail.com) –12/03/2025