Scroll untuk baca artikel
Hukum & KriminalLampung

Saksi Kasus Dugaan Korupsi Penyaluran Beras Subsidi Program SPHP Lampung Selatan, Mangkir

×

Saksi Kasus Dugaan Korupsi Penyaluran Beras Subsidi Program SPHP Lampung Selatan, Mangkir

Sebarkan artikel ini
Penggunaan merek dagang tanpa hak
ilustrasi beras- foto doc

LAMPUNG SELATAN – Kasus dugaan korupsi penyaluran beras subsidi program Stabilitas Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) di Bulog Cabang Lampung Selatan semakin seru.

Setelah penyidikan bergulir sejak 27 Maret 2025 dan bikin heboh publik, kini giliran saksinya yang bikin “plot twist” mangkir dari panggilan kejaksaan.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Padahal kasus ini jelas-jelas berawal dari modus klasik data realisasi penyaluran beras dimanipulasi oknum.

Kuota ke toko mitra dipelintir, beras SPHP dialihkan ke pasar bebas, lalu dijual lebih mahal. Bahasa kasarnya beras rakyat miskin naik pangkat jadi beras rakyat kaya.

Untungnya, Kejaksaan cukup gesit. Mereka mengendus permainan kotor itu, lalu melakukan penggeledahan di kantor Bulog pada 9 April 2025.

Dokumen disita, barang elektronik diamankan. Seolah-olah kasus akan terbuka lebar.

Namun, kejutan datang. Salah satu saksi kunci, inisial Z, yang notabene mitra outlet Bulog (RPK), tiba-tiba lenyap saat dipanggil. Tanpa alasan jelas, ia mangkir dari panggilan pertama pada Senin (29/9).

Kasi Pidana Khusus (Pidsus) Kejari Lampung Selatan, Hakim Agung Rasoen, sampai geleng-geleng.

“Sudah sekitar 30 saksi kami periksa, mulai dari RPK, karyawan, hingga pejabat Bulog. Tapi memang ada satu saksi, inisial Z, yang tidak hadir,” jelasnya, sebagaimana dilansir wawai news,pada Selasa (30/9).

Agung menegaskan, pemanggilan akan diulang. Jika Z tetap ngotot kabur-kaburan, opsi jemput paksa tidak bisa dihindari.

“Jika tiga kali mangkir, bisa dilakukan upaya paksa,” tegasnya.

Kasus ini seakan jadi ironi. Program SPHP sejatinya dibuat untuk menjaga pasokan beras murah bagi rakyat. Tapi apa daya, di tangan oknum, beras bersubsidi malah disulap jadi komoditas premium.

Lebih konyol lagi, ketika rakyat antri beli beras murah, justru sebagian berasnya nyasar ke pasar bebas dengan harga selangit. Kalau begitu, namanya bukan “SPHP” (Stabilitas Pasokan dan Harga Pangan), tapi “SPHP: Siasat Pura-pura Harga Pangan.”

Dan kini, saksi yang seharusnya membantu membongkar kasus malah ngilang. Persis seperti beras murah di pasaran selalu hilang saat dibutuhkan.

Meski begitu, Kejari Lampung Selatan menegaskan tak akan kendur. Mereka berkomitmen membongkar kasus ini hingga ke akar-akarnya.

“Kami terus mencari fakta dan alat bukti,” tutup Agung.***

SHARE DISINI!