Scroll untuk baca artikel
Lingkungan Hidup

Selamat Tinggal Open Dumping, Selamat Datang Era Sampah Berkelas di Jabar

×

Selamat Tinggal Open Dumping, Selamat Datang Era Sampah Berkelas di Jabar

Sebarkan artikel ini
Kondisi TPA Burangkeng di Kabupaten Bekasi yang penuh dan tak layak lagi

SUKABUMI – Sekretaris Daerah Jabar, Herman Suryatman, kini menargetkan revolusi, seluruh TPSA (Tempat Pengolahan Sampah Akhir) diubah dari model lama open dumping (alias ditimbun, ditinggal, dilupakan) menjadi Refuse Derived Fuel (RDF) teknologi yang mengubah sampah jadi bahan bakar, bukan bahan gunjingan warga.

Jawa Barat sepertinya sudah muak jadi provinsi dengan koleksi “gunung sampah” terbanyak setelah Himalaya.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

“Minimal 18 kabupaten/kota yang TPSA-nya masih seperti lapangan tumpuk sampah itu harus berubah. Jangan sampai akhir tahun kita masih hidup berdampingan dengan aroma kenangan masa lalu,” kata Herman, saat meresmikan TPSA Cimenteng, Kamis (31/7/2025).

BACA JUGA :  Puluhan Paus Terdampar di Laut Madura, KKP: Dugaan Pimpinannya Sakit

RDF bukan singkatan dari Rasa Ditolak Fans, tapi sebuah teknologi modern yang membuat sampah tidak hanya hilang dari pandangan, tapi juga berubah wujud menjadi bahan bakar alternatif pengganti batu bara khususnya buat industri yang selama ini merasa batu bara adalah cinta pertama mereka.

TPSA Cimenteng di Sukabumi adalah role model, di mana sampah yang dulu hanya menumpuk penuh pesona, kini sudah mulai dibakar secara elegan dan diserahkan ke offtaker (pembeli hasil RDF), yaitu PT Semen Jawa.

“Kerja sama dengan offtaker itu kunci. Tanpa mereka, RDF cuma jadi singkatan keren tanpa pembeli,” ujar Herman.

Bukan cuma soal lingkungan, ada cuan juga! Menurut Herman, biaya produksi RDF di TPSA Cimenteng hanya Rp200 ribu per ton.

BACA JUGA :  Limbah Kandang Babi Milik Warga Bandar Lampung di Biding C Jadi Sorotan, DLH Diminta Turun ke Lokasi!

Tapi si pembeli dalam hal ini PT Semen Jawa mau bayarin Rp300 ribu per ton. Artinya ada margin Rp100 ribu per ton, yang bisa untuk nambal jalan berlubang, beli bibit pohon, atau sekadar upgrade tong sampah jadi aesthetic.

“Jadi ini nggak cuma ramah lingkungan, tapi juga ramah kantong. Dan yang paling penting, bukan utopia,” jelas Herman, sambil memandang tumpukan sampah yang pelan-pelan berubah nasib.

Langkah ini bukan berhenti di Sukabumi saja. RDF akan jadi ‘agama baru’ dalam pengelolaan sampah di Jawa Barat. Bahkan TPPAS Sarimukti yang jadi urusan Pemprov Jabar juga akan ‘diper-RDF-kan’.

Sudah cukup selama ini TPA jadi tempat curhat seluruh isi rumah tangga, dari plastik kemasan mie instan sampai sandal jepit jomblo.

BACA JUGA :  Arinal: Tak Ada Kompromi Bagi Aktivitas Tambang Pasir Membandel di Lamtim

“Sudah saatnya TPA bukan lagi tempat buang harapan, tapi tempat olah peluang,” pungkas Herman dengan semangat #SampahNaikKelas.***