JAKARTA — Jelang akhir tahun, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa memberikan bocoran soal stimulus ekonomi baru. Ibarat promo flash sale, ini disebut sebagai “pelengkap paket-paket kebijakan” sebelumnya entah yang mana yang sudah efektif, tapi yang penting ada lagi yang baru.
Menurut Purbaya, paket kali ini adalah stimulus ekonomi gelombang III versi revisi plus-plus. Bukan hanya versi upgrade, tapi juga versi “tambah dikit biar kelihatan kerja”.
“Yang gelombang ketiga ada lagi yang belum diumumkan. Nanti biar Pak Menko Perekonomian yang umumkan,” ujar Purbaya di Equity Tower, Rabu (8/10/2025).
Stimulus baru ini diklaim berbeda dari stimulus sebelumnya. Namun setelah dijelaskan, ternyata “bedanya cuma diperkuat dikit” semacam minuman energi yang ditambah vitamin C biar lebih “bersemangat”.
Sektor yang disentuh masih seputar hal-hal klasik: akselerasi ekonomi, program lanjutan, dan penyerapan tenaga kerja. Bedanya, kali ini katanya ada “penambahan kecil untuk penguatan”.
Dalam bahasa birokrasi: copy paste dengan sedikit edit paragraf.
“(Dari paket gelombang III dan IV) tambah sedikit, tambah lagi. Nanti Menko yang umumin. Ada yang diperkuat saja,” kata Purbaya.
Sayangnya, saat ditanya soal berapa besar anggarannya, sang Menteri tiba-tiba mengalami gejala yang umum diderita pejabat akhir tahun: amnesia fiskal sementara.
“Saya lupa angka semuanya. Kan sana-sini tambah-tambah terus, ada banyak lah,” ujarnya sambil tersenyum.
Sementara itu, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan bahwa pemerintah tengah menyiapkan sejumlah stimulus ekonomi kuartal IV agar daya beli rakyat meningkat, atau setidaknya percaya diri untuk belanja meski dompet menipis.
Dalam Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas) di Plaza Mandiri, Airlangga menegaskan bahwa target pertumbuhan 5,2% masih bisa dicapai tentu dengan bantuan doa, rapat, dan powerpoint.
“Pemerintah optimis pertumbuhan ekonomi 5,2% insyaallah bisa tercapai. Sesuai arahan Bapak Presiden, para Menteri berkumpul untuk mengecek program-program unggulan,” kata Airlangga.
Paket stimulus ekonomi di Indonesia sering mirip sinetron Ramadan:
setiap tahun muncul musim baru, pemerannya sama, ceritanya masih seputar “meningkatkan daya beli rakyat”.
Masalahnya, daya beli rakyat sudah seperti sinyal di basement ada tapi lemah.
Rakyat kecil menunggu stimulus dengan harapan tinggi, sementara pejabat sibuk menjelaskan grafik pertumbuhan yang meski lambat masih positif, kok!.
Stimulus ini katanya akan memperkuat sektor riil, membuka lapangan kerja, dan mendorong konsumsi. Namun di lapangan, yang paling cepat tumbuh justru frekuensi rapat dan jumlah konferensi pers.
Kesimpulan: Stimulus atau Simulasi?
Stimulus ekonomi gelombang III ini tampaknya bukan hanya tentang angka, tapi juga tentang menjaga citra “pemerintah masih aktif bekerja” menjelang tutup tahun.
Rakyat pun belajar banyak: bahwa setiap kali ada kata stimulus, berarti dua hal —
- Ada uang berputar di level tinggi,
- Dan ada rakyat di level bawah yang berharap ikut kecipratan walau cuma recehan.
Seperti biasa, pemerintah menjanjikan pertumbuhan ekonomi, sementara rakyat berharap pertumbuhan saldo. Sama-sama tumbuh, tapi beda nasib.***