TANGGAMUS — Rumah tangga yang mestinya jadi tempat berteduh, bagi Devi Yana binti Sadi (33), justru jadi arena gladiator dan suaminya, Masroni bin Suhil, bukan gladiator Roma, tapi suami siri bergaya sadis serial Netflix.
Kekerasan brutal meledak di Pekon Kerta, Kecamatan Kota Agung Timur, Lampung, Kamis siang (10 Juli 2025), sekitar pukul 14.30 WIB.
Devi, ibu muda yang tengah mengungsi ke rumah orang tuanya demi menyelamatkan diri dari siklus kekerasan, kembali jadi sasaran. Datang dengan niat (entah damai entah drama), Masroni justru ngamuk setelah Devi menolak diajak balik ke rumah bersama mereka di Pekon Negeri Ngarip, Wonosobo.
Masroni tidak datang dengan bunga, apalagi mawar. Ia datang dengan amarah, ibu jari, dan sebilah pisau.
Dua bola mata Devi ditekan kuat-kuat bukan untuk menciptakan “eye contact” yang romantis, tapi untuk menciptakan trauma permanen.
Masih belum puas, ia keluarkan pisau. Bukan untuk mengupas apel, tapi menyayat pelipis kiri, kepala kiri, dan lengan korban.
Sementara rambut Devi, alih-alih disisir, justru dipotong ala tukang cukur kerasukan.
Devi akhirnya dilarikan ke RSUD Batin Mangunang Kota Agung dalam kondisi luka lebam, sayatan, dan jiwa remuk redam.
Meski tubuhnya babak belur, Devi tetap mengumpulkan keberanian, untuk melaporkan suami sirinya ke Polres Tanggamus. Laporannya tercatat resmi dalam LP/B/104/VII/2025/SPKT/POLRES TANGGAMUS/POLDA LAMPUNG, diterima oleh AIPDA Swedia. (Ya, namanya memang Swedia. Tapi ini bukan cerita cinta Eropa, ini tragedi domestik khas Indonesia.).
Devi dikenal sebagai sosok ibu lembut bukan tipe yang suka menuntut, apalagi mendramatisir. Tapi ketika cinta berubah jadi senjata tumpul yang menghantam batin dan tubuh, siapa yang tahan?
Ironisnya, rumah orang tua yang diharapkan jadi zona aman malah jadi panggung kekejaman lanjutan.
“Dia bukan suam, dia lebih mirip penyiksa,” ujar Devi sambil menangis di ruang IGD.
“Aku tidak ingin anakku melihat ibunya seperti ini,” katanya.***