Scroll untuk baca artikel
Opini

Sukarno dan Puan Maharani: Refleksi atas Kekuasaan Oligarki di Indonesia

×

Sukarno dan Puan Maharani: Refleksi atas Kekuasaan Oligarki di Indonesia

Sebarkan artikel ini
Sukarno dan Puan Maharani - foto net

Dalam tesis yang dipercaya Sukarno ketika muda, lebih khususnya tahun 1926, ketika menulis “Islamisme, Marxisme dan Nasionalisme”, dia yakin bahwa Islam progresif itu dapat bertemu dengan sosialisme di arah jalan yang sama, anti Oligarki dan cinta rakyat miskin.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Mungkin ada faktor lain yang membuat Sukarno berusaha mengeliminasi ideologi Islam progresif dalam konteks global saat itu. Khususnya ketika Sukarno berkiblat ke Komunis RRC.

Namun, sekali lagi, sejarah Bung Karno hadir dalam penderitaan lahir dan batinnya untuk nasib Indonesia.

Arah perjuangannya adalah sosialisme, yang anti oligarki dan dominasi asing.

BACA JUGA :  Politik Baliho dan Provokasi Mesin

Pertanyaannya kemudian, pada hari lahir Bung Karno, seberapa perlu kita renungkan spirit dan ideologi perjuangannya ini? Tentu saja ini sangat penting.

Dalam era Megawati Soekarnoputri, ketidakpuasan ummat Islam begitu besar pada Megawati yang merepresentasikan sosok Sukarno.

Saya tidak akan membahas ini panjang lebar. Saya ingin masuk ke sosok Puan Maharani, sebagai pewaris tahta spirit Bung Karno ke depan.

Ketika semua parpol sibuk memikirkan pencalonan Presiden, Puan Maharani melakukan pengajian akbar di Masjid At Taufik, Masjid dari nama bapaknya, bersama ulama besar Emha Ainun Nadjib.

Emha adalah ulama oposisi yang keras mengkritik Jokowi dan Oligarki.

Bahkan, Emha mendukung Sultan Hamengku Buwono Jogyakarta, yang sampai saat ini tidak memberikan sejengkal tanah pun kepada non pribumi, di daerah kekuasaannya.

BACA JUGA :  KONTEMPLASI

Lalu, Puan melakukan perjalanan Spiritual ke Mekkah, beberapa hari lalu.

Yusuf Blegur
Opini

Disampaikan Oleh Yusuf Blegur WAWAINEWS.ID – Ketika aparat…