Ini adalah sebuah peristiwa simbolik, orang Jawa, yang menjadi Islami.
Kemarin, Puan ber-selfie ria dengan Anies Baswedan, yang selama ini menjadi simbolis kekuatan Islam progresif, yang dimusuhi secara diametral oleh kelompok anti Islam.
Puan tidak pusing dengan sikap para elite-elite politik yang sibuk kasak kusuk soal jabatan.
Kenapa, karena Puan telah memilik sebuah partai, dengan kekuatan sendiri untuk mencalonkan calon presiden ke depan, tanpa perlu berkoalisi.
Kedua, sebagai cucu pendiri Bangsa Indonesia, Puan tentu saja lebih memilih pergerakan substansial daripada eksistensial.
Ini khas orang yang terlahir dari sejarah besar keluarganya.
Kembali pertanyaan kita tentang renungan, tentang refleksi, tentu saja rakyat berharap bahwa Puan mewarisi spirit atau ruh perjuangan kakeknya itu.
Kenapa? Karena semua tema yang menghiasi ketakutan bangsa kita adalah dominasi Oligarki. Rakyat stress miskin di negeri kaya.
Beli minyak goreng mahalnya tidak kepalang, padahal kita produsen terbesar minyak goreng di dunia.
Orang-orang kaya bisa menguasa Indonesia dalam hitungan dasawarsa. Dan ini tidak mungkin terjadi jika Sukarno hidup.
Misalnya, jika UU Pokok Agraria, yang dilahirkan Sukarno, diberlakukan, maka tidak ada segelintir orang menguasai tanah jutaan hektar, ketika petani memiliki tanah rerata di bawah setengah hektar.
Tidak ada buruh yang terus menerus miskin, sementara 4 orang terkaya, kekayaannya sama dengan 100 juta penduduk miskin kita.
Perjuangan yang diperlukan saat ini oleh seorang pemimpin bangsa adalah mengembalikan jejak perjuangan Sukarno, khususnya Sukarno muda yang (berusaha) menyatukan Islamisme dalam Sosialisme serta mengusir Oligarki dari negara ini.
Mampukah Puan Maharani mengikuti jejak kakeknya?? Berhakkah Puan mewakili ideologi Sukarno? Semoga.
Selamat Ulang Tahun Bung Karno. May Allah Bless You Sir, Always!!***
(Dr. Syahganda Nainggolan, Sabang Merauke Circle, Cirebon, 6/6/2022)