LAMPUNG – Siapa tak kenal dengan nama Gus Miftah, pendiri Pondok Pesantren Ora Aji, Seleman, Yogyakarta ini. Namanya cukup tersohor seantaro negeri .
Siapa disangka Gus Mftah ternyata besar dan lahir di salah satu desa wilayah Kecamatan Jabung, daerah yang cukup terkenal di wilayah Lampung Timur itu. Pemilik nama asli Miftah Maulana Habiburrahman tersebut dulu pernah mengaku berasal dari Ponorogo, Jawa Timur,
Orang tua Gus Miftah pun masih berada di Lampung, mereka hidup pas-pasan jauh dari kata mewah, meskipun anaknya cukup dikenal dan terlihat tidak kekurangan dari segi materi. Bahkan kakak kandung Gus Miftah saat ini merantau di wilayah Sumatera Selatan dengan segala kekurangan, seperti penghasilan hari ini, habis hari itu juga.
Hal tersebut sesuai pengakuan adik bungsunya Gus Miftah, bernama Miftakhul Khoeron, atau yang dikenal dengan panggilan Tajib, dalam pengakuannya di Ramanews.TV. Ia menyebut abangnya tersebut pulang ke rumah orang tuanya terakhir saat lebaran delapan tahun lalu.
Ia pun menyebutkan bahwa kakak kandungnya itu Lulusan Pondok Pesantren Bustanul Umlum Jaya Sakti, Anak Tuha Lampung Tengah, delapan tahun lalui. Sukses berkarir di tanah jawa, adiknya juga mengakui jika Gus Miftah sendiri baru sekali pulang mengunjungi kedua orang tuanya di Lampung Timur.
Terakhir, Gus Miftah datang ke Lampung pada 30 Agustus lalu, saat mendampingi Dirjen Perhubungan Udara Novie Riyanto, menyaksikan vaksinasi di Pesantren Bustanul Ulum, Jaya Sakti, Anak Tuha, Lampung Tengah, tempat ia menimba ilmu hingga tingkat Aliyah, namun tidak singgah di kediaman orang tua di Jabung Lampung Timur.
“Saat Agustus lalu itu, bukan Gus Miftah yang menghampiri ibu kami, tapi ibu kami yang datang pada saat acara vaksinasi di Pesantren Bustanul Ulum di Lampung Tengah, 30 Agustus lalu,” Kata sang adik, Miftahul khoeron, Minggu (3/10/2021)
“Kami Lima bersaudara, satu meninggal, dan tersisa empat orang, dari empat orang dari kami, hanya Gus Miftah yang sukses, dan lainnya, kami hidup pas-pasan, begitu juga dengan ibu dan ayah kami, Murodi dan Sri Munah,”tambahnya menyampaikan, sejak sukses, komunikasi keluarga dan Gus Miftah sangat renggang, sang kakak jarang sekali memberikan kabar kepada sang ibundanya.
“Meski saudara lainnya miskin, saya mengharapkan Gus Miftah tetap menjalin silaturahmi dengan keluarga. Saya juga pernah mencoba menghubungi Gus Miftah sangat Sulit, selama delapan tahun terakhir, pesan singkat juga bisa dihitung dengan jari yang direspon,” ucapnya.
Kehidupan orang tua Gus Miftah, Murodi dan Sri Munah, juga terbilang sederhana di Adi Luhur, Jabung. Namun keduanya tampak bijak dan memahami mengapa penceramah kondang itu tidak lagi berlebaran ke tempat mereka.
Sang ayah, Murodi mengatakan ia pernah mengajak isterinya Sri Munah mengunjungi Gus Miftah ke Yogjakarta, tetapi wanita itu diam saja.
“Ibunya pernah saya ajak untuk bertemu dengan Gus Miftah, tapi istri saya diam saja. Gus Miftah juga susah dihubungi dalam dua pekan terakhir. Telepon dan pesan singkat tidak pernah dibalas, langsung atau lewat isterinya.” Tuturnya.
Hal serupa juga disampaikan sang ibu Sri Munah, yang rindu sekali dengan sang anak yaitu Gus Miftah.
“Terakhir, untuk bertemu, saya berangkat ke Pesantren Bustanul Ulum, Lampung Tengah 30 Agustus lalu. Itupun Gus Miftah hanya singgah saat diundang ceramah oleh seorang pengusaha karaoke di Pasir Sakti, Lampung Timur, sebelum Ramadhan lalu.” Tambahnya.
Pihaknya keluarga berharap, meski terhalang jarak dan kesibukan Gus Miftah sebagai Ulama, tetap dapat menjalani komunikasi dan silaturahmi demi mengobati kerinduan kedua orang tua yang sudah lanjut usia.(*)