Scroll untuk baca artikel
Opini

SUPERSEMAR: Idiologi, Instrumen Geopolitik

×

SUPERSEMAR: Idiologi, Instrumen Geopolitik

Sebarkan artikel ini
Supersemar

Konstruksi peradaban Indonesia adalah peradaban independen, berdaulat, berdasar Pancasila dan UUD 1945. Ketika jatuh menjadi negara komunis, maka tidak lagi sebagai bangsa independen.

Pada tahun 1963, PKI mengubah garis perjuangannya dari poros Moskow (transisi damai menuju Komunisme). Ke arah poros Peking (penggunaan kekerasan revolusioner berskala besar). Untuk mendirikan diktaktor proletar.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Ketika Indonesia berhasil menjadi negara Komunis, maka akan menjadi subordinasi dua adidaya komunis itu.

Indonesia bersusah payah lepas dari kolonialisme Jepang dan Belanda. Kemudian hendak jatuh ke lagi dalam pelukan Comintern. Esensinya terbelit kolonialisme baru melalui balutan idiologi.

BACA JUGA :  Presiden Prabowo Seriusi Transmigrasi?

Organ idiologis kolonialisasi ini ditertibkan oleh Jenderal Soeharto. PKI dilarang. Kendali Comintern atas internal dalam negeri Indonesia diputus.

PKI dibubarkan melalui SP 11 Maret 1966. Dikuatkan Tap MPR Tap MPRS Nomor XXV Tahun 1966.

Itu kenapa setelah tahun 1990-an, Indonesia membuka diplomasi dengan negara-negara beridiologi komunis. Persemaian idiologisnya di dalam negeri dimatikan.

Tersisa kerjasama bilateral antar negara saja. Menjalankan kepantasan hubungan bertetangga yang baik.

Pelarangan idiologi Komunis dikuatkan melalui UU No 1/2022 tentang KUHP. Pasal 188 KUHP mengatur Tindak Pidana terhadap Ideologi Negara.

Supersemar esensinya penertiban instrumen ekspansi geopolitik melalui idiologi. Upaya meruntuhkan kedaulatan bangsa itu selalu menjadi bahaya laten. Baik oleh instrumen idiologi maupun oleh instrumen yang lain. Kita harus terus mewaspadainya.

BACA JUGA :  Prabowo Memang Tak Bisa Legowo

Itulah esensi SP 11 Maret 1966. Selama ini tertutup perspektif konspiratif. Mencermati SP 11 Maret lekat oleh balutan intrik.

ARS – Jakarta (rohmanfth@gmail.com)