Oleh: Abdul Rohman Sukardi
WAWAINEWS.ID – Detik pertama tahun 2025 akan segera kita lewati. Itu artinya kita memasuki tahun harapan. Setidaknya jika mengacu dua pendekatan.
Pertama, pendekatan kultural. Ialah pandangan futuritis orang-orang Jawa yang dituakan. Bahwa tahun 2025 merupakan tonggak kemajuan Nusantara. Setelah beberapa dekade mengalami kesemrawutan situasi.
Era reformasi digambarkannya sebagai era semrawut. Ketegangan horisontal merebak. Tidak jelas siapa pemicu ketegangan-ketegangan itu. Energi bangsa tidak bisa dikonsolidasi secara penuh untuk kemajuan. Era semrawut itu berakhir tahun 2025. Itu yang dipercayai.
Kedua, pendekatan rasional. Berdasarkan pendekatan ini setidaknya bisa kita sodorkan tiga indikasi.
Pertama, terpilihnya pemimpin visioner dan penuh gairah untuk memajukan bangsa. Karakter pemimpin itu terletak pada sosok Presiden Prabowo Subianto. Ia dilantik tanggal 20 November 2024. Usia pemerintahannya belum genap tiga bulan ketika tahun 2025 dimulai. Beberapa saat lagi.
Pada rentang pendek itu, Presiden Prabowo berhasil membangkitkan spirit segenap elemen bangsa untuk percaya diri meraih kemajuan. Ia berhasil menghalau cara padang pesimistis yang sekian waktu menghantui bangsa ini. Narasi-narasi optimistiknya selama ini memberi gambaran seperti itu.
Sebagaimana Jenderal George Patton menyemangati pasukannya pada PD II. Patton meyakinkan bahwa pesimisme bisa ditumbangkan oleh disiplin, kerja keras dan semangat membara.
Berbekal disilin, kerja keras dan semangat membara itu, pasukannya ditakuti lawan. Pasukannya menjadi garansi keberhasilan menumbangkan keganasan lawan.
Presiden Prabowo, juga seorang jenderal. Ia tanamkan spirit itu kepada kabinetnya dan segenap pendukungnya. Bahwa cahaya keberhasilan itu sudah tampak. Hanya diperlukan kerja keras dan keseriusan. Bangsa Indonesia tidak akan menjauh dari prediksi lembaga-lembaga internasional. Akan menjadi salah satu kekuatan ekonomi ke 4 dunia. Tentu jika dikelola dengan benar.
Kedua, redupnya pertengkaran akut politik aliran. Redupnya benturan antara Islam garis keras dengan kaum liberal. Sebagaimana terjadi sepanjang era reformasi.
Motor politik kaum liberal pragmatis ialah PDIP. Kini sedang memasuki sunset. Masa senjakala. Kelompok Islam garis keras juga gagal menjadi kampium dalam perebutan puncak kepemimpinan nasional. Keduanya selama ini berhadapan dalam dua kutub ekstrim.
Natal tahun 2024 berjalan damai. Tidak terdengar eskalasi ancaman kekerasan. Menandakan benturan sentimen keagamaan bisa dikendalikan oleh kabinet Presiden Prabowo.
Stabilitas yang baik akan mampu mengonsolidasi segenap kekutan bangsa untuk fokus membangun. Meninggalkan pertengkaran yang tidak prinsipil. Diskursus akan terfokus pada upaya-upaya memajukan bangsa.
Ketiga, tahun pertama secara anggaran untuk implementasi kebijakan. Program-program pembangunan era Presiden Prabowo mulai dilaksanakan tahun 2025. Tanggal 6 Januari 2025 dimulai makan siang gratis. Sebagaimana janji kampanye. Tentu akan diikuti program lain pada tahun anggaran berjalan. Kinerja presiden akan tampak dan dirasakan oleh masyarakat.
Ketiga hal itu akan menjadi triger tahun 2025 merupakan tahun harapan. Tahun dimulainya perpacuan mengejar kemajuan. Meninggalkan era semrawut yang tidak menguntungkan bagi bangsa. Targetnya sudah ditetapkan. Daulat pangan, energi, air, hilirasi dan pengembangan SDM.
Perspektif rasional itu barangkali bisa menjadi instrumen analisis atas pandangan futuristis orang-orang Jawa itu. Bahwa tahun 2025 merupakan momentum kemajuan bagi bangsa Indonesia. Bangsa Nusantara. Momentum beranjak untuk maju.
Mari kita songsong pendulum baru ini. Melepaskan pertengkaran yang tidak perlu. Fokus mengejar kemajuan bangsa.
Selamat tahun baru 2025. Selamat memasuki tahun harapan.
ARS (rohmanfth@gmail.com), Jaksel, 31-12-2024