TANGGAMUS – Di tengah keterbatasan ekonomi dan keterasingan dari dunia anak-anak, Risma binti Safei (10), gadis mungil dari Pekon Sinar Banten, Kecamatan Talangpadang, melangkah menuju pengobatan di Jakarta.
Keberangkatannya ke Jakarta bukan untuk liburan atau bermain layang-layang seperti anak-anak lain seusianya, tapi untuk melawan penyakit serius yang bersarang di tulang belakangnya.
Diduga mengidap keganasan tulang belakang kemungkinan tuberkulosis tulang atau tumor intratorakal, Risma hanya bisa tergolek lemah dalam pelukan sang ibu. Namun di balik tubuh kecilnya, semangat bertahan hidup terpancar kuat. Ia ingin sembuh, ingin sekolah lagi, dan ingin bermain seperti teman-temannya.
Melihat perjuangan itu, Sekolah Tinggi Ekonomi dan Bisnis Islam (STEBI) Tanggamus bersama LKS Alamanda bergerak cepat. Mereka tak hanya sekadar memberi dukungan moral, tapi ikut mendampingi Risma dan keluarga menyiapkan segala keperluan menuju Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta.
“Kami bantu pembuatan rekening atas nama ayahnya, mengaktifkan BPJS, bahkan menyiapkan bekal dan sembako untuk tinggal di rumah singgah,” ujar Hasan, staf STEBI yang turut mengantar langsung.
Riki Renaldo, Ketua STEBI Tanggamus, juga tampak terlibat langsung di lapangan. Ia membawa logistik sendiri, memastikan tak ada satu kebutuhan pun yang terlewat.
“Ini bagian dari panggilan kemanusiaan. Kami tidak ingin Risma berjuang sendirian,” kata Riki dengan mata berkaca-kaca.
Lembaga sosial LKS Alamanda pun turut menggalang donasi melalui Kitabisa.com. Bantuan dari masyarakat terus mengalir mulai dari uang, doa, hingga pelukan hangat dari warga sekitar.
Dukungan juga datang dari Pemerintah Pekon Sinar Banten. Kepala Pekon Muhamad Amin mengatakan, pihaknya ikut memfasilitasi keberangkatan Risma dan memastikan pengobatannya berjalan lancar.
“Semua warga mendoakan. Kami ingin Risma kembali pulang dalam keadaan sehat,” ujarnya lirih.
Pagi itu, keberangkatan Risma diselimuti suasana haru. Tangis sang ibu, peluk erat warga, dan genggaman tangan ayahnya menjadi saksi bisu perjuangan seorang anak kecil yang melawan penyakit besar.
Langkah Risma menuju Jakarta bukan sekadar perjalanan pengobatan tapi sebuah perjalanan harapan. Harapan bahwa ia akan kembali, dengan senyum dan tawa yang sempat direnggut oleh rasa sakit. ***