BEKASI – Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bekasi Jawa Barat . K.H Sukandar Ghozali, mengatakan salah satu cara menangkal radikalisme dengan kembali kepada falsafah idiologi Pancasila.
“Dalam idiologi Pancasila semua sudah lengkap menyangkut Ketuhanan yang Maha Esa. Suku bangsa agama apapun termaktub di dalamnya,”ujar KH. Sukandar Ghozali, usai menjadi pembicara dalam diskusi ‘Menangkal Radikalisme Perspektif Digital Menuju 5.0, Margahayu, Bekasi, Jumat (13/12/2019).
Dia mengajak umat Islam Bekasi untuk mengamalkan Islam yang benar sesuai tuntutan yang diajarkan Nabi Muhammad SAW. Sehingga MUI sekarang sudah menerbitkan buku dengan tema pelurusan jihad.
Menurutnya kontek radikal awalnya baik sebelumnya ditambah dengan kata isme. Hal tersebut beraawal dari suatu kelompok orang yang menginginkan perubahan sistem dengan segala upaya dilakukan guna mencapai tujuan sehingga berubah menjadi negatif.
“Muncul isme nya itu. Karena setiap radikalisme itu identik dengan kekerasan, dan identik dengan teroris. Hal tersebut bertolak belakang dengan pemahaman agama. Bahkan MUI sudah memfatwakan namanya teroris itu hukumnya adalah haram,”jelasnya.
Dikatakan di Bekasi masih aman tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Meskipun ada omongannya sedikit ekstrim tapi belum pada tingkat membahayakan.
“Munculnya radikalisme itu karena tidak adanya keadilan, hal lain karena kesenjangan ekonomi dan faktor lainnya. Munculnya radikal karena pada saat melakukan perjuangan dengan menghalalkan segala cara. Dan ltu keluar dari nilai ajaran Islam,”tukasnya.
Ikatan Kajian Intelektual Muda Kota Bekasi (IKKIMSI) DPC KotaBekasi yang bergerak dibidang sosial gelar diskusi dengan tema ‘Menangkal Radikalisme Perspektif Digital Menuju 5.0, di salah satu rumah makan.
Ketua IKKIMSI DPC Kota Bekasi, Rici Ramdhani, mengatakan diskusi tersebut dalam rangka mengenalkan apa itu digital bagaimana dalam proses pencegahan terhadap konten Hoaks dalam mencegah radikalisme terhadap kalangan muda, mahasiswa dan masyarakat umum setempat.
“Hasil diskusi akan dituangkan dalam Penandatanganan bersama melibatkan tokoh Pemuda, Agama, Ormas untuk sama smaa menjaga pola digitalisasi aman dan nyaman,”papar Rici.
Diskusi tersebut sekaligus menyiapkan Kota Bekasi menjadi pilot project dibidang digital agar masyarakat Bekasi tidak ketinggalan zaman dan siap dalam digitalisasi secara keseluruhan.
“Diskusi ini, bentuk kajian intelektual pemuda Kota Bekasi menuju 5.0 perspektif baru menuju civil society dengan subjektivitasnya menuju arah pendidikan tapi belum masuk ke ranah titik 5.0 masih menuju tahapannya,”tukasnya menjelaskan dalam proses 4.0 belum selesai. (Handi)