WAWAINEWS.ID – Di antara para sahabat Rasulullah ada satu nama yang dikenang bukan hanya karena keberaniannya di medan perang atau kedermawanannya yang luar biasa, tetapi karena ia menerima gelar istimewa dari Nabi: “Syahid yang hidup.”
Dialah Thalhah bin Ubaidillah, salah satu dari asyrah mubasyyarin sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga.
Thalhah lahir dalam keluarga bangsawan Quraisy yang terpandang dan kaya raya. Ia mewarisi darah pedagang sukses dari ayahnya, Ubaidillah, serta kedermawanan ibunya yang berasal dari klan Wahab, salah satu keluarga dermawan di Makkah.
Namun, kekayaan tidak membutakan mata hatinya. Di usia yang sangat belia sekitar 16 tahun Thalhah memeluk Islam dan masuk ke dalam barisan assabiqunal awwalun, orang-orang pertama yang menerima cahaya Islam meski harus menanggung risiko besar dari kaumnya.
Suatu hari, Thalhah terlihat gelisah dan murung. Ketika istrinya bertanya, ia menjawab dengan jujur: “Aku resah karena terlalu banyak harta yang belum aku salurkan.”
Istrinya, wanita salehah yang sejiwa dengannya, menyarankan agar harta itu segera disedekahkan. Maka tanpa ragu, Thalhah menyumbangkan seluruh kekayaan itu kepada fakir miskin bahkan termasuk simpanan istrinya tanpa menyisakan sepeser pun untuk mereka sendiri.
Ketika sahabat lain, Jabir bin Abdullah, melihat tindakan itu, ia berkata:
“Aku tidak pernah melihat orang yang lebih dermawan daripada Thalhah, bahkan tanpa diminta.”
Namun pengorbanan Thalhah tak hanya soal harta. Ia juga seorang pahlawan sejati di medan tempur, terutama dalam peristiwa Perang Uhud yang menjadi saksi kesetiaan dan keberanian para sahabat.
Di saat pasukan Muslim hampir kocar-kacir dan Rasulullah menjadi incaran musuh, Thalhah berdiri tegap sebagai perisai hidup. Ia melindungi tubuh Rasulullah dari hujan panah dan tebasan musuh dengan tubuhnya sendiri.
Bayangkan 79 luka ia terima, dari sabetan pedang, tusukan lembing, hingga panah yang bersarang di tubuhnya. Tangannya bahkan putus sebelah karena menahan serangan untuk Nabi.
Tubuhnya roboh. Napasnya terengah. Semua mengira ia telah syahid di medan laga. Namun ternyata, ia masih hidup meski tubuhnya nyaris tak utuh lagi.
Melihat pengorbanan luar biasa itu, Rasulullah bersabda:
“Barangsiapa yang ingin melihat seorang syahid yang masih berjalan di atas bumi, maka lihatlah Thalhah bin Ubaidillah.” (HR Tirmidzi)
Bukan pujian biasa. Ini adalah gelar langit, pengakuan langsung dari Nabi bagi manusia yang rela mengorbankan segala yang dimiliki demi agama Allah dan cintanya kepada Rasulullah.
Warisan Inspirasi Thalhah
Thalhah bin Ubaidillah telah wafat ribuan tahun lalu, namun kisahnya hidup dan membakar semangat umat hingga hari ini. Ia adalah:
- Seorang pemuda hartawan yang tak diperbudak dunia.
- Seorang pejuang sejati, bahkan ketika nyawanya menjadi taruhan.
- Seorang syahid yang masih hidup, yang menerima pengakuan mulia langsung dari kekasih Allah, Nabi Muhammad
Kita, yang hari ini hidup dalam kenyamanan, patut bertanya: Sudahkah kita memberi untuk agama sebagaimana Thalhah memberi? Sudahkah kita mencintai Nabi sebagaimana Thalhah mencintai?
Thalhah bin Ubaidillah bukan hanya sosok sejarah. Ia adalah panutan, teladan, dan cermin keikhlasan dalam mencintai agama Allah.
Di dunia yang penuh godaan dan materialisme, kisahnya mengingatkan kita bahwa kemuliaan hidup bukan diukur dari banyaknya harta, tapi dari seberapa besar kita rela berkorban untuk kebenaran.
“Thalhah adalah syahid yang berjalan di muka bumi.”
Mari belajar mencintai Allah dan Rasul-Nya seperti Thalhah dengan hati, harta, dan jiwa kita.***