Noor Johan Nuh
(Yayasan Kajian Citra Bangsa – YKCB)
WAWAINEWS.ID – Dalam satu upacara di Markas Besar Angkatan Darat (MBAD), 13 Juni 1997, Letnan Jenderal TNI Wiranto, dilantik menjadi Kepala Staf Angkatan Darat menggantikan Jenderal TNI Hartono,
Hadir pada upacara pelantikan senior-senior Tentara Nasional Indonesia (TNI) antara lain Jenderal TNI (Purnawirawan) AH Nasution, Letnan Jenderal TNI (Purnawirawan) Sayidiman Hadiprodjo, Letnan Jenderal TNI (Purnawirawan) Himawan Sutanto.
Selesai upacara, Wiranto menghampiri Nasution yang menjadi tamu kehormatan. Sambil membungkuk Wiranto mencium tangan Nasution.
Regenerasi TNI telah berlangsung paripurna, sejak tokoh Angkatan 45 Jenderal TNI M Yusuf mengestafetkan kepemimpinan TNI pada generasi era kemerdekaan Jenderal TNI Beni Murdani.
Wiranto yang lahir pada 4 April 1947 di Solo, saat Nasution menjadi Panglima Komando Jawa, kini menjadi orang nomor satu di Angkatan Darat.
Nasution tercatat sebagai KSAD terlama, sejak tahun 1950 sampai dengan tahun 1962, dipotong jeda tiga tahun karena sanksi atas “Peristiwa 17 Oktober”.
Ternyata adegan Wiranto mencium tangan Nasution mendapat perhatian dari semua yang hadir dan selanjutnya digagas untuk memberikan anugerah pada Jenderal TNI Abdul Haris Nasution yang telah berhasil meletakan dasar-dasar ketentaraan Indonesia.
Gagasan itu kemudian dibahas di Markas Besar TNI yang selanjutnya dirumuskan untuk menganugerahi tiga tokoh TNI pangkat kehormatan Jenderal Besar Bintang Lima kepada; Soedirman, AH Nasution, dan Soeharto.
Adalah Amerika serikat yang mula-mula menganugerahkan pangkat Jenderal Besar Bintang Lima kepada prajurit-prajuritnya yang berhasil dengan gemilang memenangkan berbagai palagan seperti Eisenhower, Omar Bradley, Marshall, Mc Arthur, dan Nimitz sebagai Laksamana Besar.
Sedangkan untuk Indonesia, selain berhasil memenangkan berbagai palagan, ditambah dengan kepiawaian menjalankan peranan politik tentara di tengah lautan partai politik serta sumbangsih dalam pembangunan karakter bangsa.
Adalah Soedirman terpilih menjadi Panglima Tentara yang pertama yang disebut Panglima Besar.
Ia berhasil membangun Organisasi Tentara dari nol hingga menjadi Organisasi Tentara yang solid.
Tidak saja membangun Organisasi Tentara, Soedirman adalah komandan pertempuran yang piawai dalam “Palagan Ambarawa”, serta pemimpin perang gerilya yang legendaris.
“Politik tentara adalah politik negara”, menjadi jiwa Soedirman menghadapi lautan politisi yang ingin menarik-narik tentara ke politik.
Jenderal Soedirman adalah satu-satunya Panglima Perang di dunia yang memimpin pertempuran “dari atas tandu.”
Sedangkan Nasution adalah konseptor taktik perang gerilya saat menjadi Panglima Komando Djawa.
Taktik perang gerilya dibukukan diberi judul “Pokok Pokok Gerilya”. Buku ini diterjemahkan ke berbagai bahasa dan menjadi buku wajib bagi taruna di berbagai akademi militer di dunia, termasuk akademi militer di Amerika, West Point.
Panglima Siliwangi yang pertama ini memimpin pertempuran yang dikenal dengan “Bandung Lautan Api.”
Sebagai KASAD, Nasution memimpin penumpasan berbagai pemberontakan mulai dari DI/TII hingga PRRI/Permesta, dan ia dikenal sebagai konseptor “jalan tengah.”
Sedangkan Soeharto sudah meminpin tiga pertempuran yaitu Pertempuran Kota Baru, Pertempuran Maguwo, dan ikut dalam Pertempuran Lima Hari di Semarang, saat ia menjabat sebagai Wakil Kepala BKR Yoyakarta.
Setelah resmi menjadi prajurit TNI pada 5 Oktober 1945, Soeharto ditetapkan sebagai Komandan Batalyon X Divisi IX dengan pangkat Mayor.
Batalyon X ikut dalam pertempuran di Ambarawa yang dipimpin oleh Kolonel Soedirman. Pada saat “Palagan Ambarawa” Soedirman bertemu Soeharto yang sudah dikenalnya sejak pendidikan PETA di Bogor tahun 1944.
Pada waktu Belanda menduduki Yogyakarta, Letnan Kolonel Soeharto sebagai Komandan Brigade X/Werhkreise III menyerang kedudukan Belanda Yogya dan berhasil menduduki kota Yogya selama enam jam. Serangan ini dikenal dengan Serangan Umum 1 Maret 1949.
Tahun 1962, Mayor Jenderal Soeharto ditunjuk oleh Presiden Soekarno sebagai Panglima Komando Mandala, untuk merebut Irian Barat dari tangan Belanda.
Operasi Jayawijaya yang dipimpin Panglima Komando Mandala adalah operasi militer terbesar yang pernah dilakukan oleh Tentara Nasional Indonesia, melibatkan empat pulut ribu prajurit terdiri dari matra Darat, Laut, Udara, dan Kepolisian, sekaligus sebagi operasi lintas udara dan operasi kapal selam.
Tanggal 1 Oktober 1965, gerombolan G30S/PKI menculik dan membunuh enam jenderal dan satu perwira Angkatan Darat.