JAKARTA – Kawasan transmigrasi berhasil menopang ekonomi Kota Subulussalam, Aceh di tengah menurunnya aktivitas ekonomi di masa pandemi covid-19. Sebagian besar aktivitas ekonomi tersebut bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit.
Hal tersebut diungkap Walikota Subulussalam, Affan Alfian saat melakukan audiensi dengan Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Budi Arie Setiadi di Jakarta, Selasa (15/6).
Affan mengatakan, Kota Subulussalam memiliki Sembilan Unit Permukiman Transmigrasi (UPT). Sebagian besar transmigran di daerahnya berasal dari Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Menurutnya, hubungan antara transmigran dan masyarakat asli Subulussalam telah membaur dan berjalan secara harmonis.
“Di masa pandemi ini, Subulussalam tetap terjaga (ekonomi) karena ekonomi kreatif dari transmigrasi. Harga sawit naik, ekonomi ditopang sawit, yang ini adalah usahanya (Kawasan) transmigrasi,” ujarnya.
Di sisi lain, Wamen Budi Arie mengingatkan Walikota Subulussalam untuk memberikan perhatian signifikan terhadap persoalan stunting di desa-desa.
Penyelesaian persoalan stunting sendiri, menjadi salah satu program yang mendapat perhatian serius dari pemerintah pusat.
“Kalau soal ketahanan pangan, ketahanan pangan itu isunya kota. Orang desa tidak ada isu ketahanan pangan, karena semuanya lengkap. Tugas desa adalah menopang produksi tanaman pangan,” ujarnya.
Menurut Wamen Budi Arie, pembangunan Kota Subulussalam yang terdiri dari sejumlah desa ini sudah selayaknya dimulai dari desa-desa. Sebab, menurutnya, keberhasilan dalam membangun desa-desa akan menjadi penentu keberhasilan pembangunan daerah.
“Membangun Indonesia harus dari desa. Nggak ada pilihan lain. Kalau desa maju, mandiri, ini akan menopang kabupaten/kota dan seterusnya,” terangnya.