KOTA BEKASI — Ribuan warga tumpah ruah mengikuti Festival Olahraga Kesehatan dan Kebugaran, sebuah agenda yang menggabungkan niat mulia menjaga tubuh sehat dengan momen selfie massal di tengah keringat perjuangan di Lapangan Mini Rawalumbu pada Minggu pagi (19/10).
Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto, tampil segar di antara peserta yang mengenakan sepatu olah raga, ia didampingi Ketua KORMI Kota Bekasi, Wiwiek Hargono Tri Adhianto, yang juga istri sekaligus partner politik domestik dalam rumah tangga dan pemerintahan.
Dari atas panggung, Tri berbicara dengan gaya khasnya tenang tapi penuh peringatan lingkungan. Ia mengingatkan, di balik semangat sehat itu, ada ancaman yang sedang “menggunung” secara harfiah: TPA Bantargebang.
“Kondisi TPA Bantargebang saat ini menjadi sinyal bagi kita semua agar lebih peduli terhadap pengelolaan sampah,” ujar Tri.
“Mari mulai dari rumah masing-masing, kurangi dan pilah sampah dengan baik. Biasakan membawa tumbler agar tidak lagi bergantung pada plastik sekali pakai.”
Sambil senam, sebagian warga terlihat membawa tumbler, sebagian lagi membawa botol air mineral sekali pakai mungkin karena belum sempat beli tumbler edisi Pemkot Bekasi. Tapi pesannya jelas jangan sampai tubuh sehat, tapi bumi megap-megap.
Sport City, Bukan City of Sampah
Tri kemudian memaparkan rencana Pemkot menjadikan Bekasi sebagai sport city. Ia menyebut penataan Alun-Alun M. Hasibuan sebagai ruang publik multifungsi: tempat olahraga, tempat nongkrong, dan tempat konten Instagram.
Di sana akan hadir lintasan joging, area terbuka hijau, dan mudah-mudahan tempat sampah yang cukup.
Tak hanya itu, Pemkot juga tengah menyiapkan Stadion Mini Mustika Jaya serta kawasan Polder Air Sepanjang Jaya yang akan dilengkapi jogging track dan area senam.
Dengan tambahan ini, warga Bekasi bisa terus bergerak entah untuk olahraga, entah untuk menghindari genangan saat musim hujan.
“Kita terus menambah spot olahraga baru agar masyarakat semakin semangat berolahraga. Ini bagian dari upaya menjadikan Bekasi sebagai sport city,” tutup Tri Adhianto.
Festival ini seolah menjadi potret dua wajah Bekasi: di satu sisi warganya makin sadar pentingnya kesehatan, tapi di sisi lain, tumpukan sampah di Bantargebang makin sadar bahwa dirinya tak akan segera berkurang.
Tri mencoba mengingatkan bahwa gerakan tubuh harus diiringi gerakan nurani, bahwa berkeringat saja tidak cukup kalau masih buang plastik sembarangan. Karena sesungguhnya, kebugaran kota berawal dari kebersihan warganya dan mungkin juga dari kesediaan membawa tumbler ke mana pun pergi.***