KOTA BEKASI – Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto, akhirnya buka suara soal program andalannya, dana hibah Rp100 juta per RW. Menurutnya, skema ini beda kelas dengan Musrenbang yang sering bikin warga nunggu proyek kayak nunggu jodoh yang nggak kunjung datang.
“Kalau Musrenbang itu ribet, harus masuk perencanaan tahunan, ngantri, terus belum tentu disetujui. Lah kalau hibah RW ini, berkas beres, cair langsung. Nggak pake nunggu tahun depan,” kata Tri, seolah memberi harapan baru bagi RW yang sudah bosan ngelihat jalan rusak tiap hari.
Perbedaan paling mencolok, kata Tri, ada di soal waktu dan fleksibilitas. Musrenbang itu ibarat rapat RT yang keputusannya baru jalan setahun kemudian kalau disetujui.
Sedangkan hibah Rp100 juta ini lebih simpel: kebutuhan nyata di lingkungan bisa langsung ditangani.
“Ya masa iya aspal lima meter doang harus nunggu satu tahun anggaran, itu kan kayak mau beli gorengan harus izin dulu sama Bappeda,” selorohnya.
Dana hibah ini, katanya, bisa dipakai buat banyak hal, pasang penerangan jalan biar nggak horor, renovasi posyandu biar nggak kayak gudang kosong, bikin taman biar warga bisa healing tanpa ke mall, sampai urusan sampah biar nggak numpuk kayak janji politik yang tak ditepati. Semua ditentukan lewat musyawarah RW bukan musyawarah warung kopi.
Tentu saja, Pemkot Bekasi tidak mau hibah Rp100 juta ini berubah jadi ladang bancakan. Karena itu, Kejaksaan Negeri Bekasi ikut dilibatkan dari pencairan sampai laporan pertanggungjawaban. Alias, kalau ada RW yang coba main-main, siap-siap ketok palu.
“Intinya, program ini memberi ruang bagi masyarakat untuk bergerak cepat, tanpa harus nunggu birokrasi yang panjang. Jadi, jangan sampai hibah Rp100 juta ini malah dipakai buat beli tenda kawinan atau upgrade motor ketua RW jadi Ninja 250,” pungkas Tri, setengah serius.***