JAKARTA – Syekh Ali Jaber Meninggal dunia hari ini pada Kamis (14/1) setelah menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Yarsi, Cempaka Putih, Jakarta Pusat.
Ulama kelahiran Madinah, 3 Februari 1976 itu mulai dikenal setelah tampil menjadi juri di acara hafiz Qur’an anak-anak yang dipandu oleh Irfan Hakim.
Pada acara tersebut, sosoknya pernah berubah jika dirinya telah menjadi hafiz atau menghafalkan 30 juz Al-Qur’an saat berusia 10 tahun. Pada usia 13 tahun, Syekh Ali Jaber pernah menjadi imam di salah satu masjid di Madinah.
Syekh Ali Jaber menempuh pendidikan dasar atau Ibtidaiyah hingga Aliyah (SMA) di Madinah. Setelahnya, ia pun memilih untuk belajar ilmu tafsir pada sejumlah ulama di sana.
Pada 2008, Syekh Ali Jaber datang ke Indonesia. Saat itu, dia datang ke Lombok, Nusa Tenggara Barat, untuk bertemu dengan saudaranya sekaligus berlibur.
Di Lombok, Syekh Ali Jaber mendapat sambutan hangat dari warga setempat. Kala itu, Syekh Ali Jaber belum bisa berbahasa Indonesia.
“Saya ke Lombok, karena saya dampingi keluarga, yang saya cerita itu yang ada hubungan (saudara dengan orang) Indonesia, saya diajak jalan-jalan ke Indonesia di Lombok dan saya disambut luar biasa. Karena cerita yang beredar, imam dari Madinah, kalau imam dari Madinah pasti kesannya masjid besar, dan alhamdulillah ramai. Salat di sana dan juga memimpin tahfiz di beberapa tempat. Waktu itu, saya belum bisa sama sekali bahasa Indonesia,” katanya saat diwawancarai dalam acara Blak-Blakan detikcom.
Ali menceritakan dirinya sering bermain sepak bola dengan warga lokal. Bahkan dia diberi nama julukan ‘Ali Zidane’ oleh warga Lombok karena dianggap mirip dengan pesepakbola Zinedine Zidane.
“Saya merasa nyaman, Lombok daerah wisata yang sangat indah, pulau-pulaunya cukup banyak, di samping menikmati suasana, juga dapat belajar Al-Qur’an, bahkan saya juga sempat waktu itu ikut bermain bola. Di Lombok sana, saya diberikan nama ‘Ali Zidane’,” ucap Ali Jaber.
Setelah merasa kerasan, ia pun menikahi seorang perempuan asal Lombok yakni Umi Nadia. Dari pernikahan tersebut, keduanya mendapatkan seorang putra yang diberin ama Hasan.
Syekh Ali Jaber memang beberapa kali mengutarakan kedekatannya dengan Lombok. Bahkan ia sempat berwasiat jika dirinya ingin dimakamkan di Lombok usai meninggal kelak.
“Anak saya lahir di Lombok. Salah satu kakek saya meninggal syahid lawan penjajah Jepang di Lombok … Jadi hubungan saya dengan Lombok, bahkan saya bercita-cita ya Allah walaupun saya memilih dan memohon meninggal di Madinah, tapi kalau ya Allah saya ditetapkan meninggal di Indonesia, mohon … Saya mau dimakamkan di Lombok, “tuturnya dalam cuplikan video tersebut.