TANGGAMUS – Baru tiga hari berjalan, program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kecamatan Pugung sudah bikin guncang. Puluhan siswa SDN 1 Way Jaha mual, muntah, bahkan ada yang harus dirawat di Puskesmas usai menyantap menu MBG.
Lembaga Perlindungan Konsumen Nusantara Indonesia (LPKNI) Tanggamus menilai insiden puluhan siswa SDN 1 Way Jaha, yang mual hingga muntah usai menyantap menu Makan Bergizi Gratis (MBG) adalah bukti telanjang bobroknya pengawasan program pemerintah tersebut.
Ketua LPKNI, Yuliar Baro, tak main-main dalam menumpahkan kemarahannya, lantaran baru jalan tiga hari sudah bermasalah. “Ini bukan sekadar kelalaian, tapi pengawasan dari hulu ke hilir benar-benar nol besar! Dari dapur, pengepakan, sampai distribusi, semua lemah” ungkap Yuliar geram.
Yuliar menyebut penghentian distribusi menu MBG ke SDN 1 Way Jaha sebagai sikap defensif yang memalukan. Bukannya introspeksi dan transparan, malah berhenti begitu saja, seperti menutup mulut biar tak dikritik.
“Padahal ini soal nyawa anak-anak. Dapur MBG di Pugung harus dievaluasi total, sebab saya lihat sendiri, orang tak berkepentingan bebas keluar masuk,” tegasnya, pada Sabtu 9 Agustus 2025.
Insiden memalukan ini bermula, paada Rabu pagi, 6 Agustus 2025, ketika pihak sekolah menerima 379 paket makanan MBG berisi lauk tahu, lele, nasi, dan buncis sekitar pukul 09.05 WIB. Tak lama setelah dibagikan, guru mencium aroma tak sedap dari lauk tersebut.
“Sebagian anak langsung mengeluh mual. Ada yang muntah di tempat, bahkan sampai lemas. Kami tarik kembali semua makanan, tapi sebagian sudah terlanjur dimakan,” ungkap Kepala Sekolah Heri Purnomo.
Atas insiden itu, sebanyak 18 siswa harus mendapat perawatan medis di Puskesmas Rantau Tijang, dengan satu di antaranya dirawat inap. Gejalanya mulai dari mual, muntah, pusing, hingga sesak napas ringan. Sampel makanan langsung dikirim ke laboratorium untuk uji penyebab.
Namun sangat disayangkan, alih-alih memberi klarifikasi tegas, papar Yuliar, pihak Yayasan Darul Fatah selaku pengelola MBG di wikayah Kecamatan Pugung malah menutup rapat mulut saat hendak dikonfirmasi oleh wartawan.
“Petugas sudah pulang, besok libur,” papar Yuliar menirukan perkataan seorang penjaga sebagaimana dikutip Wawai News.
Bahkan Irwan, lanjut Yuliar, orang yang mengaku pemilik dapur sekaligus mengaku berprofesi sebagai jurnalis, meminta peristiwa ini tidak dipublikasikan media.
“Itu bukan keracunan, Bang. Mohon jangan diberitakan. Pendistribusian ke SDN 1 Way Jaha kami hentikan karena sudah ada masalah. Sekolah lain masih mau menerima program ini,” ujar Yuliar menirukan perkataan Irwan yang saat itu menyarankan wartawan menghubungi seorang oknum anggota TNI untuk keterangan resmi.
Namun ketika dihubungi, terang Yuliar, personel TNI tersebut malah merespons bertanya soal posisi dan wewenang lalu meminta koordinasi dengan Irwan. “Coba pikirkan secara struktural, posisi dan wewenang saya sejauh mana? Tinggal koordinasi saja dengan Bang Irwan,” tulisnya via WhatsApp.
Kini, publik menunggu hasil uji laboratorium. Jika terbukti sumber masalah berasal dari menu MBG, kasus ini tak hanya mencoreng citra program nasional, tapi juga menjadi bukti bahwa keselamatan siswa SD di Tanggamus telah dikorbankan oleh kelalaian dan budaya tutup mulut pengelola. ***