Scroll untuk baca artikel
SosialZona Bekasi

Wali Kota Bekasi Jadi Tamu Istimewa di Yayasan Galuh Rawalumbu

×

Wali Kota Bekasi Jadi Tamu Istimewa di Yayasan Galuh Rawalumbu

Sebarkan artikel ini
Wali Kota Bekasi Tri Adhianto kunjungi Yayasan Galuh, di Rawalumbu. kunjungan ini bagian dari kehadiran pemerintah untuk semua kalangan, Rabu 8 Oktober 2028 - foto doc

KOTA BEKASI — Wali Kota Bekasi Tri Adhianto mendadak jadi tamu istimewa di Yayasan Galuh, Rawalumbu. Bukan untuk kampanye terselubung atau bagi-bagi sembako, tapi untuk menegaskan satu hal penting bahwa pemerintah hadir untuk semua, bahkan untuk mereka yang sering kali dilupakan termasuk Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).

Dalam kunjungannya, Tri tampil ramah, menyalami warga binaan, dan sesekali melempar senyum yang penuh makna (dan kamera).

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

“Pemerintah harus hadir dalam kondisi apa pun. Tidak boleh ada warga yang merasa ditinggalkan,” kata Tri kalimat yang seharusnya juga berlaku untuk jalan berlubang dan bansos yang belum cair.

Yayasan Galuh bukan tempat sembarangan. Di sinilah sekitar 450 warga binaan dengan berbagai kondisi mental dibina dengan sabar oleh para tenaga ahli yang, jujur saja, sabarnya melebihi rata-rata masyarakat saat antre di Samsat.

Berkat pendampingan panjang, banyak pasien berhasil pulih dan kembali ke masyarakat. Salah satunya Abdurrahman Hidayat, yang sembuh setelah lima tahun perjuangan.

Dihadapan wali kota, ia menceritakan kisahnya bukan untuk mencari sensasi, tapi untuk mengingatkan publik bahwa gangguan jiwa bukan vonis seumur hidup.

“Harapan saya, masyarakat bisa memahami bahwa ODGJ bisa sembuh dan kembali beraktivitas. Ini tugas penting pemerintah untuk ubah mindset itu,” ujar Abdurrahman, dengan tenang lebih tenang dari sebagian politisi saat ditanya soal anggaran.

Tri pun menanggapi dengan gaya khasnya kalem, tapi berisi. “Sedikit demi sedikit kita harus ubah cara pandang masyarakat. Pemerintah akan terus hadir untuk memberikan pelayanan dan memastikan tidak ada yang tertinggal,” tegasnya.

Kalimat ini, kalau diurai, berarti: kami sedang berusaha, tapi jangan harap cepat.
Tapi setidaknya Tri menyadari, kesehatan mental adalah isu serius, bukan hanya topik seminar ber-AC.

Bekasi, kota yang kadang bikin warganya stres karena macet, panas, dan kabel semrawut, memang butuh ruang aman seperti Yayasan Galuh tempat di mana manusia dipulihkan, bukan dihakimi.

Suasana kunjungan tak hanya formal. Di sela kegiatan, Tri sempat bernyanyi bersama warga binaan sebuah momen yang membuktikan bahwa kadang terapi terbaik bukan obat, tapi kebersamaan dan lagu dangdut.

Usai bernyanyi, Tri meninjau fasilitas yayasan. Dari ruang terapi hingga tempat tidur pasien, ia memastikan semua tertangani baik. Meski begitu, publik tetap berharap kunjungan ini tak berhenti di dokumentasi dan unggahan media sosial tapi berlanjut pada anggaran nyata dan perhatian jangka panjang.

Kunjungan Wali Kota ke Yayasan Galuh adalah simbol yang manis pemerintah datang ke tempat orang-orang yang dianggap “tidak normal”.

Tapi kalau mau jujur, kadang justru di luar yayasanlah kita menemukan perilaku yang jauh lebih “aneh” mulai dari pejabat yang lupa janji, proyek mangkrak yang dianggap sukses, sampai warga yang sibuk debat politik tapi lupa bayar pajak.

Mungkin kalau Yayasan Galuh membuka cabang “rehabilitasi moral publik”, antreannya bisa sampai kantor wali kota.

Kunjungan Tri Adhianto ini menunjukkan sisi manusiawi pemerintahan Bekasi bahwa kepedulian bukan hanya untuk mereka yang sehat, tapi juga untuk yang sedang berjuang.

Namun, kepedulian sejati tak berhenti pada kunjungan dan tepuk tangan. Ia harus menjelma jadi kebijakan nyata, edukasi publik, dan anggaran yang berpihak.

Karena di kota sebesar Bekasi, yang butuh dipulihkan bukan cuma mereka yang disebut ODGJ tapi juga cara berpikir kita tentang kemanusiaan.***

SHARE DISINI!