WAWAINEWS – Laki-laki dan perempuan adalah seperti dua sayap dari seekor burung. Jika dua sayap sama kuatnya maka terbanglah burung itu sampai ke puncak yang setinggi-tingginya. Jika patah satu dari pada dua sayap itu maka tak dapatlah terbang burung itu sama sekali.
Kata itu merupakan ungkapan pendidi bangsa Presiden Pertama RI Ir Soekarno, yang juga pencetus peringatan hari Ibu setiap 22 Desember. Ungkapan itu dipinjam oleh salah satu narasumber wanita hebat di Balik Museum pada Bincang Hari Ibu yang ditaja oleh Museum Nasional pada Rabu 22 Desember 2021.
Museum Nasional (Musnas) Indonesia sempena peringatan Hari Ibu 2021 menyelenggarakan Bincang Hari Ibu melalui virtual zoom meeting dengan mengundang sobat Museum.
Bincang Hari Ibu dengan mengambil tema Wanita Hebat di Balik Museum dengan menghadirkan tiga wanita hebat sebagai narasumber yakni Prof. Ir. Wiendu Muryanti, M.Arch, Ph.D, Ina Silas Praktisi Museum dan Konsultan serta Aprina Murwanti, Ph.D, akademisi, peneliti dan konsultan.
Wanita Hebat di Balik Museum bincang melalui zoom meeting tersebut dibuka langsung oleh Plt Kepala Museum Nasional Sri Hartini, dan sebagai moderator Dr. C Musiana, M. Hum dari komunitas penjelajah.
“Museum harus jadi kebanggaan semua warga negara Indonesia karena museum bisa dikatakan sebagai tempat peradaban. Museum menyimpan keajaiban, dan dibelakangnya banyak peran para wanita yang merawat dan menjaga peradaban di museum,”ungkap Sri Hartini Plt Kepala Museum Nasional.
Dia berharap melalui bincang Hari Ibu tahun 2021 dengan menghadirkan para wanita hebat mampu memberi inspirasi untuk perbaikan dalam pengelolaan museum nasional mau pun tingkat daerah agar memiliki daya tarik dan memasyarakatkan museum.
Kedepan pintanya, museum tak hanya dianggap sebagai tempat penyimpanan barang antik, tapi bisa memasyarakatkan museum agar jadi kebutuhan untuk dikunjungi.
Musiana Yudhawasthi dari Komunitas Penjelajah juga sebagai moderator mengatakan bahwa wanita Indonesia sudah memiliki pemikiran bagus untuk berjejaring dengan membuat organisasi sejak se-abad silam.
Hal itu bisa terlihat sejak 1912 ada organisasi wanita Utama seperti Muhammadiyah, Katolik, dan lainnya. Artinya sejak seabad lalu perempuan Indonesia sudah melakukan kegiatan luar biasa seperti Kartini, Dewi Sartika dan banyak lagi lainnya.
Sementara itu Ina Silas Praktisi Museum dan Konsultan, mengakui bahwa geliat museum di Indonesia di mulai tahun 2005 dengan berbagai konsep dalam memasyarakat museum. Geliat museum menjadi salah satu daya tarik wisata budaya.
Museum harus menjadi ruang publik, dengan mengharapkan pengunjung selalu hadir di Museum. Untuk itu stakeholder harus memahami keinginan pengunjung. Sehingga Museum menjadi salah satu pengalaman yang bisa dinikmati kapan saja.
“Ini tentunya memerlukan campur tangan semua pihak seperti stakeholder pemangku kepentingan, internal dan eksternal, karyawan suplayer partner bisnis semua ini perlu diperhatikan, agar museum memberi manfaat bagi sekitar”papar Ina Silas.
Sementara Aprina Murwanti dalam pemaparannya menyampaikan bahwa Museum sebagai Ibu ditengah masyarakat. Museum tidak hanya jadi simbol koleksi atau kekayaan, museum harus merubah dan berfokus pada manusia.
“Museum masa depan berorientasi pada manusia, sebagai kebutuhan.
Kalo museum seorang ibu apa yang dilahirkan, dibalik semua ada pameran edukasi, wawasan pemikiran dan membuat orang jatuh cinta membangun wawasan dan lainnya. Tak sedikit wanita hebat untuk melengkapi riset datang ke Museum,”jelasnya.
Untuk itu ia menyampaikan bahwa pentingnya terus mewartakan dan mempromosikan museum agar masyarakat dekat dengan museum tanpa jarak. Museum harus menjadi tempat tamasya hiburan tidak hanya memamerkan barang bersejarah.(*)