Scroll untuk baca artikel
Lintas Daerah

Warga Baduy Dibegal di Jakarta, Tokoh Adat: “Kami Tidak Minta Istimewa, Hanya Keadilan”

×

Warga Baduy Dibegal di Jakarta, Tokoh Adat: “Kami Tidak Minta Istimewa, Hanya Keadilan”

Sebarkan artikel ini
Petani Badui, sejak sepekan terakhir, para leluhur modern ini kembali menggarap ladang huma, sesuai kalender adat - foto doc net

LEBAK — Insiden pembegalan terhadap Repan (17), seorang warga Baduy Dalam, di kawasan Cempaka Putih, Jakarta Pusat, berbuntut panjang.

Bukan hanya karena luka di tangan dan kehilangan uang Rp3 juta serta 10 botol madu, tapi karena peristiwa itu meninggalkan luka simbolik luka pada rasa aman warga adat yang datang ke kota membawa kejujuran dan kerja keras.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Repan, pemuda yang berjalan kaki dari pedalaman Kanekes, Lebak, Banten, itu diserang oleh empat pelaku bersenjata tajam saat berjualan madu dan aksesori khas Baduy pada Minggu (26/10).

Pelaku merampas uang hasil dagangan dan satu unit ponsel milik korban, meninggalkannya dengan luka di tangan kiri.

BACA JUGA :  267 Ekor Ikan Hias Asal Kolumbia Dimusnahkan

“Kami berharap pelaku kejahatan segera menyerahkan diri ke kepolisian,” ujar Medi, Sekretaris Desa Kanekes sekaligus perwakilan tokoh adat Baduy, sebagaimana dikutif Wawai News, Jumat (7/11).

Repan bukan pedagang biasa. Ia menempuh perjalanan tiga hari berjalan kaki menuju Jakarta untuk menjual madu Baduy tanpa naik kendaraan, karena adat melarangnya. Ia membawa dagangan, bukan senjata; membawa madu, bukan masalah.

“Kami tidak menyangka, anak sejujur itu justru jadi korban. Selama ini aman-aman saja. Baru kali ini warga kami dibegal,” kata Medi.

Para tokoh adat Baduy kini menyerukan doa dan harapan agar pelaku segera ditangkap. Mereka menolak membalas dengan kemarahan, melainkan menyerahkan sepenuhnya kepada hukum negara.

BACA JUGA :  Pemkab Lamtim Gandeng Pemkab Sumedang: Percepatan Digitalisasi dan Reformasi Birokrasi Jadi Fokus

“Kami Baduy tidak punya kebiasaan balas dendam. Tapi kami percaya, hukum harus tegak. Karena kejahatan kepada orang jujur adalah dosa yang berat,” ujar Medi pelan.

Bagi masyarakat Baduy, perjalanan ke luar wilayah adat bukan sekadar urusan ekonomi, tapi juga spiritual.
Setiap langkah adalah bentuk disiplin dan keteguhan menjalankan nilai adat. Karena itu, pembegalan terhadap mereka bukan hanya kejahatan biasa, tapi juga bentuk penodaan terhadap ketulusan.

“Repan tidak membawa kendaraan, karena itu pantangan. Ia membawa hasil madu dari tangan sendiri. Lalu dibegal di kota, tempat orang katanya lebih berpendidikan,” tutur Medi dengan nada getir.

Kepala Seksi Humas Polres Metro Jakarta Pusat Iptu Ruslan Basuki membenarkan peristiwa pembegalan tersebut dan memastikan timnya sudah bergerak mengejar para pelaku.

BACA JUGA :  Mitigasi Bencana, Jabar Gelar Operasi Modifikasi Cuaca

“Kami sudah bentuk tim, pelaku diduga empat orang menggunakan dua motor. Kami harap segera tertangkap,” kata Ruslan.

Menurutnya, polisi juga telah memeriksa beberapa saksi di sekitar lokasi kejadian dan mengumpulkan rekaman CCTV dari area Rawasari, Cempaka Putih.

Kasus ini memunculkan keprihatinan luas. Di tengah hiruk pikuk ibu kota, seorang anak Baduy yang hidup dengan kejujuran dan kesederhanaan justru jadi korban kejahatan jalanan.

Sebuah ironi ketika yang berjalan tanpa dosa diserang oleh mereka yang melaju tanpa arah.

“Kami tidak minta istimewa. Kami hanya minta keadilan,” ucap Medi menutup perbincangan.***