BANTEN — Warga Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, merasakan gempa bumi magnitudo (M) 5,4 yang terjadi pada hari ini, Minggu, (23/05/2021). Guncangan yang dirasakan warga setempat itu berlangsung beberapa detik.
Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Dr Raditya Jati, mengatakan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pandeglang, menginformasikan, warganya merasakan guncangan dengan tingkat sedang. Durasi guncangan yang dirasakan berlangsung selama 3 hingga 5 detik.
“Selain kabupaten ini, BNPB juga menerima laporan dari BPBD Kota Serang yang menyebutkan warganya merasakan guncangan lemah selam 2 hingga 3 detik,” kata Dr Raditya Jati, Minggu, (23/05/2021).
Berdasarkan pemodelan dari BMKG, gempa tidak memicu terjadinya tsunami. BMKG mencatat parameter gempa M5,4 terjadi pada Minggu, (23/05/2021), pukul 10.50 WIB. Pusat gempa berada pada 18 km barat laut Sumur, Provinsi Banten, dengan kedalaman 10 km.
BMKG merilis intensitas kekuatan gempa yang diukur dengan skala MMI menunjukkan beberapa wilayah terdampak III MMI yaitu Sumur, Cigeulis, Panimbang, Picung, Sindangresmi dan Wanasalam. Sedangkan II MMI, beberapa wilayah yang teridentifikasi yaitu Tanjung Bintang, Kalianda, Penengahan, Palas, Ketapang, Sragi, Candipuro, Bakauheni, Way Sulan, Wai Panji, Jabung, Pasir Sakti, Waway Karya, Sukarame, Rajabasa, Leuwiliang, Ciampea, Cibungbulang, Pamijahan, Jasinga, Cigudeng, Tenjo, Ciomas, Dramaga dan sekitarnya.
Provinsi Banten termasuk wilayah dengan potensi bahaya gempa bumi dengan kategori sedang hingga tinggi. Sebanyak 8 kabupaten dengan luas 391.475 hektar yang berada pada kawasan bahaya tersebut. Kedelapan wilayah administrasi tersebut yaitu Pandeglang, Lebak, Tangerang, Serang, Tangerang Selatan, Cilegon, Serang dan Kota Tangerang. Pandeglang berada pada wilayah luas bahaya tertinggi di antara kedelapan wilayah di Provinsi Banten.
“Masyarakat diimbau untuk selalu waspada dan siap siaga terhadap potensi gempa bumi dan tsunami. Belum ada teknologi yang dapat memastikan secara akurat waktu akan terjadi gempa bumi. Dalam merespons gempa bumi, masyarakat diimbau untuk waspada terhadap dampak kerusakan bangunan. Korban jiwa tidak disebabkan karena fenomena gempa, tetapi bangunan yang rusak akibat guncangan gempa,” tutup Dr Raditya Jati. (Theophilus Yanuarto)