Scroll untuk baca artikel
InfrastrukturKabar Desa

Warga GSB yang Lebih Cepat dari Negara, Tambal Jalan Rusak Sisa dari Proyek “Hantu”

×

Warga GSB yang Lebih Cepat dari Negara, Tambal Jalan Rusak Sisa dari Proyek “Hantu”

Sebarkan artikel ini
Warga GSB lebih cepat dari negara, peduli menambal jalan rusak sisa proyek Hantu pembuatan gorong-gorong di Dusun II Desa Setempat akhir tahun lalu, Kamis 31 Juli 2025- foto doc neti/Jali

LAMPUNG TIMUR — Satu lubang di jalan bisa berarti dua korban kecelakaan dan tiga gelas kopi untuk warga yang menyaksikan dari teras rumah. Beginilah kira-kira nasib jalan utama di Desa Gunung Sugih Besar (GSB), Kecamatan Sekampung Udik, Kabupaten Lampung Timur, yang berubah fungsi jadi “jalur off-road” dadakan usai proyek gorong-gorong tak bertuan menyisakan lubang menganga di tengah badan jalan.

Proyek pembangunan gorong-gorong yang awalnya berjanji mengalirkan air, ternyata lebih dulu mengalirkan penderitaan. Pengendara roda dua jadi korban tetap, apalagi saat malam tiba, tak ada lampu jalan, tak ada rambu, hanya ada “ranjau” lubang bekas proyek yang siap menjebak siapa saja yang terlalu percaya diri.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

“Kasihan kalo malam, kan lampu jalan enggak ada, kadang pengendara ngebut, kena ranjau di sini akhirnya kecelakaan,” ujar seorang warga sambil menabur tanah di atas lubang, bukti keputusasaan dan bentuk paling jujur dari cinta pada kampung halaman.

Sudah pernah diperbaiki, katanya. Tapi hasilnya tak ubah tambal sulam, cepat rusak, cepat lupa, dan cepat menyalahkan siapa saja kecuali yang sebenarnya bertanggung jawab.

Lubang yang katanya sementara itu, kini seperti mantan yang tak kunjung move on tetap di tempat yang sama, menyakiti yang lewat.

Yang membuat cerita ini lebih seru adalah misteri siapa dalangnya. Apakah proyek ini tanggung jawab kepala desa? Atau kiriman langsung dari Provinsi Lampung sebagai bentuk ‘bantuan lubang strategis’? Tak ada plang proyek, tak ada informasi soal anggaran, dan tentu saja tak ada yang mau bertanggung jawab.

BACA JUGA :  Kendaraan Diminta Waspadai Sisa Lumpur

“Dari awal proyek dilaksanakan tidak ada plang nama. Sekarang menyisakan masalah, tapi desa senyap, seolah tidak ada tindakan apapun,” ujar warga lain yang mengaku sudah bosan ikut musyawarah tanpa hasil.

Warga akhirnya mengambil alih peran negara. Dengan sekop dan tanah dari halaman rumah, mereka menimbun lubang-lubang jalan demi menyelamatkan tetangganya dari insiden tragis bernama “kepleset pembangunan”.

“Ini inisiatif warga saja. Aspal sudah langka, bantuan cuma janji, dan pelaku proyek lebih susah dilacak dari jejak mantan,” tambah seorang warga yang ikut menimbun jalan sambil menyeka peluh mungkin juga air mata.

Akhirnya, jalanan rusak ini bukan cuma soal infrastruktur, tapi tentang siapa yang benar-benar peduli. Dan sayangnya, dalam kisah ini, desa belum muncul sebagai tokoh utama. Bahkan mungkin masih di halaman pengantar.***