BANDUNG — Panggung investasi kembali digelar di Kota Kembang. Pemerintah Provinsi Jawa Barat bersama Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jabar akan menggelar West Java Investment Summit (WJIS) 2025 di Hotel Pullman Bandung, 14 November mendatang.
Di forum tahunan yang kini sudah menjelma menjadi “mini Davos-nya” Jawa Barat itu, pemerintah menyiapkan 104 proyek investasi senilai Rp186,29 triliun terdiri atas 41 proyek siap tawar dan 63 potensi baru yang menunggu investor untuk mematri komitmen.
“Target kami sederhana tapi ambisius: minat investasi yang muncul harus bisa terealisasi dalam tiga hingga enam bulan,” ujar Kepala DPMPTSP Jabar, Dedi Taufik, di Gedung Sate, Senin (10/11/2025).
Apakah investasi hijau benar-benar hijau, atau sekadar diselimuti warna ramah lingkungan untuk menutupi jejak karbon baru?
Data DPMPTSP menunjukkan, realisasi investasi Jawa Barat 2025 telah mencapai 80,5 persen dari target Rp271 triliun.
Hingga kuartal III, nilai investasi tercatat Rp218,2 triliun, naik 18 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
Komposisinya:
- Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN): Rp119,2 triliun (54,7%)
- Penanaman Modal Asing (PMA): Rp98,9 triliun (45,3%)
Dampaknya pun terasa di sektor ketenagakerjaan: 303.469 orang terserap ke dalam roda ekonomi industri, dari pabrik hingga startup teknologi.
Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada Triwulan III 2025 mencapai 5,20 persen, sedikit di atas LPE nasional 5,04 persen.
Kontribusi investasi terhadap pertumbuhan mencapai 24,6 persen, terbesar kedua setelah konsumsi rumah tangga bukti bahwa modal masih menjadi “bensin utama” mesin ekonomi.
Optimisme ini wajar. Namun di balik megahnya ballroom hotel, ada catatan reflektif yang tak boleh hilang:
Investasi memang menumbuhkan ekonomi, tetapi pertumbuhan tanpa pemerataan sering kali hanya memperlebar jurang sosial.
Ketika nilai Rp186 triliun diumumkan dari podium, petani di Majalengka mungkin masih berjuang menjaga sawahnya agar tak berubah menjadi kawasan industri.
Ketika ribuan tenaga kerja baru disebut, buruh lama mungkin masih berdebat soal upah layak di pabrik-pabrik lama.
WJIS 2025, dengan segala janji “green industry” dan “inclusive growth”-nya, akan diuji bukan di atas panggung pidato, melainkan di lapangan di mana investasi harus menumbuhkan manusia, bukan hanya bangunan.***













