JAKARTA – Kabar duka datang dari Amerika Serikat. Yurike Sanger, perempuan yang pernah melangkah di koridor istana sebagai istri ke-7 Presiden pertama RI Soekarno, berpulang pada Rabu (17/9/2025) di California.
Ia menghembuskan napas terakhir jauh dari tanah kelahirannya, namun jejak kisah hidupnya tetap terikat dengan sejarah besar bangsa.
Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Judha Nugraha mengonfirmasi kabar itu. Konsulat Jenderal RI di Los Angeles telah berkomunikasi dengan keluarga almarhumah.
Saat ini, proses pemulasaraan tengah berjalan sembari menunggu penerbitan death certificate dari otoritas setempat.
“Jenazah Ibu Yurike akan dipulangkan ke Indonesia, keluarga menunjuk pihak mortuary untuk mengurus prosesnya. KJRI Los Angeles juga membantu koordinasi dengan otoritas AS,” kata Judha kepada wartawan.
Dari Ibu Negara Kilat ke Kehidupan Senyap
Nama Yurike Sanger tidak sepopuler Fatmawati, Hartini, apalagi Dewi Soekarno.
Namun, ia pernah mencatat sejarah, menjadi istri ketujuh Sang Proklamator.
Pernikahan mereka berlangsung di tahun 1964, di tengah gejolak politik tanah air menjelang kejatuhan Bung Karno.
Sayangnya, pernikahan itu tak panjang. Seiring gelombang politik 1965 yang menghantam, rumah tangga keduanya kandas.
Yurike memilih hidup di luar sorotan publik, seolah menyingkir dari keramaian sejarah yang terus memperbincangkan nama Bung Karno.
Kisahnya adalah ironi, dari singgasana kemewahan Istana Merdeka ke jalan panjang diaspora, hingga akhirnya menutup usia di Amerika Serikat.
Pemulangan Jenazah: Dari California ke Tanah Kusir
Putra Yurike, Yudhi Sanger, memastikan jenazah sang ibu akan dipulangkan.
Setelah tiba di Indonesia, jenazah akan dibawa ke Rumah Duka Sentosa RSPAD sebelum dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan.
“Ibu saya masih di California, karena masih ada ibadah penghiburan. Setelah itu, barulah dibawa pulang ke Indonesia,” ujar Yudhi, Sabtu (20/9/2025).
Dalam peta sejarah republik, nama-nama istri Bung Karno seperti deretan catatan kaki yang tak habis-habisnya dibicarakan.
Dari Fatmawati sang Ibu Negara sejati, Dewi yang glamor bak selebriti internasional, hingga Yurike sosok sederhana yang seperti terhimpit di antara riuh gemerlap.
Yurike jarang tampil di panggung sejarah, seolah ia hanya catatan pinggiran.
Namun justru dari “pinggiran” itu kita bisa melihat sejarah, bahkan menjadi istri Presiden pertama sekalipun, tidak menjamin seseorang abadi di ingatan publik.
Kini, setelah berpulang di tanah rantau, jenazahnya akan kembali ke negeri yang pernah menghadiahinya status “istri Bung Karno.” Ironi penutup hidup seorang perempuan yang pernah mencicipi singgasana tertinggi negara, namun akhirnya kembali pulang dalam keheningan Tanah Kusir.***












