Budaya

Buku Rempang, Antologi Pantun Penyair Asean Tentang ‘Pulau Luka Puak Melayu’

×

Buku Rempang, Antologi Pantun Penyair Asean Tentang ‘Pulau Luka Puak Melayu’

Sebarkan artikel ini
Buku Rempang Antologi Pantun Penyair ASEAN
Buku Rempang Antologi Pantun Penyair ASEAN

BATAM – Puluhan penyair dari Indonesia, Singapura dan Malaysia menerbitkan Buku Rempang Antologi dalam bentuk pantun terkait ‘Pulau Luka Puak Melayu’ di daerah berjuluk Negeri Segantang Lada tepatnya di Pulau Kalajengking, Kota Batam.

Sindiran satir dalam Buku Rempang, terkait Pulau Luka Puak Melayu, tanah Rempang, disajikan dalam bentuk sindiran dalam sebuah pantun dengan jenaka, melonkolis dan kritikan terhadap kebijakan.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Buku Rempang Antologi Pantun Penyair Asean itu, akan beredar di tengah masyarakat dimana penerbitannya sempat tertunda pada 2023 lalu.

Hal itu dikarenakanPengajar UIN sekaligus pendiri Klinik Pantun Nusantara Medan Prof Umar Zein selaku penggagasnya meninggal dunia.

BACA JUGA :  Sambut Bulan Ramadhan, Pemprov Lampung Gelar Ritual Budaya Blangikhan

Selain Prof Umar Zein buku ini juga digagas oleh sastrawan S. Satya Dharma. Sementara pada bagian pengantar buku Rempang ditulis langsung oleh Guru Besar Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang Kepri, Prof Abdul Malik.

“Buku Rempang, berisi 500 bait pantun yang ditulis untuk mengingatkan perjuangan masyarakat Rempang dalam mempertahankan kampung mereka saat konflik agraria yang terjadi pada 2023,”ujar Prof Abdul Malik baru-baru ini.

Para penulis buku Rempang, jelasnya menuliskan dalam sebuah pantun, bukan narasi biasa. Sehingga memiliki keistimewaan tersendiri.

Yuzika Hizani anak dari penggagas Buku Rempang, mengatakan, buku tersebut sebenarnya akan diterbitkan di akhir tahun 2023. Namun, harus ditunda karena ayahnya, Prof Umar Zein meninggal dunia.

BACA JUGA :  Polemik Pengembangan Rempang, Menteri Bahlil : Pemerintah Akan Melakukan Penanganan dengan Soft

“Buku Rempang terdiri dari 121 halaman, berangkat atas kepedulian ayah saya terhadap konflik agraria di Rempang waktu itu, jadi dia mengumpulkan pantun dari berbagai, penulis, penyair dan seniman dari berbagai daerah,”ungkapnya

“Banyak rencana sebenarnya termasuk launching buku tersebut,” sambung ASN di lingkungan Kemenkumham Kota Medan itu. (ulasan.co)***