TANJUNG PINANG – Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Tanjung Pinang hampir dipastikan hanya diikuti 2 (dua) pasang calon yang akan berhadap-hadapan, yakni Lis Darmansyah vs Rahma.
Head to head Lis Darmansyah vs Rahma di Pilkada Kota Tanjung Pinang bagi sebagian masyarakat beranggapan, bahwa Pilkada di Kota Gurindam itu sudah selesai. Pilkada 2024 bakal jadi pertarungan jilid II (dua).
Bedanya pada Pilkada 2018 lalu, Lis Darmansyah melawan almarhum Syahrul sebagai Wali Kota dan Rahma sebagai Wakil Wali Kota. Namun dipertengahan jalan Wali Kota berhalangan tetap, sehingga Rahma ditunjuk sebagai pengganti Syahrul.
“Head to head Lis Darmansyah vs Rahma, bagi kami Pilkada Kota Tanjung Pinang sudah selesai, kedua kandidat calon telah memiliki pengalaman dalam memimpin dan memiliki rekam jejak yang bisa dinilai pemilih,” ungkap Albert Suttan, Pengamat Politik Kedai Kopi di Tanjung Pinang kepada Sijori Kepri, Senin, 12 Agustus 2024.
Dikatakan, tidak ada lagi harapan, karena tidak ada pembaharuan dalam kepemimpinannya nanti. Kedua kandidat sudah memiliki gaya sendiri dalam memimpin yang dirasakan langsung oleh masyarakat. Tentu rakyat sudah memiliki pilihan dengan melihat rekam jejak dari calon.
Menurut Albert, melihat dari animo masyarakat menyambut Pilkada Kota Tanjung Pinang terkesan biasa saja. Tidak ada euforia ditengah masyarakat. Suasana berbeda menyambut Pilkada Gubernur Kepri mulai menarik perhatian setelah ada kepastian Rudi akan maju melawan Ansar calon petahana.
Lis Lebih Perhatian ke Media
Berbeda dengan masyarakat, Wartawan di Kota Tanjung Pinang menilai, Lis Darmansyah pada saat menjabat sebagai Wali Kota periode 2013-2018 lebih memiliki perhatian kepada awak media dalam hal kerja sama publikasi dengan berbagai media secara profesional.
Namun demikian, harus diakui era Lis kerja sama media ada juga sebagian kecil media tidak mendapat kerja sama, tapi tidak terlalu seperti era Rahma.
“Bedanya Lis dengan Rahma, era Bang Lis Wali Kota Tanjung Pinang kawan media lebih mendapat perhatian dalam hal kerja sama publikasi dengan cara profresional, berbeda dengan Rahma bisa dikatakan nol, alias lebih terbatas hanya media yang dekat denganya saja yang mendapatkan kue APBD. Itu pun bisa dihitung jari,” jelas salah satu wartawan, mengeluhkan saat Rahma jadi Wali Kota Tanjung Pinang.
Hal lain, wartawan saat akan konfirmasi sesuatu, Rahma kerap menolak wawancara awak media, bahkan kerap menghindar. ***