Scroll untuk baca artikel
Agama

Mabit di Muzdalifah dan Mina, Jejak Wajib Haji yang Penuh Makna?

×

Mabit di Muzdalifah dan Mina, Jejak Wajib Haji yang Penuh Makna?

Sebarkan artikel ini
Suasana Muzdalifah menjelang puncak haji

WAWAINEWS.ID – Setiap tahunnya, jutaan jemaah haji menapaki perjalanan spiritual yang penuh makna, salah satu momen paling sakral adalah mabit atau menginap di Muzdalifah dan Mina.

Mabit ini bukan sekadar rutinitas, melainkan sebuah ibadah wajib yang mengikat setiap jemaah untuk menunaikan sunnah Rasulullah saw dan mengikuti jejak para nabi terdahulu.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Setelah jemaah haji berwukuf di Arafah pada 9 Zulhijjah, malam harinya, seluruh jemaah bergerak menuju Muzdalifah. KH. M. Ulinnuha, Musytasyar Dini PPIH Arab Saudi, menjelaskan bahwa Muzdalifah secara harfiah berarti tempat berkumpul, tempat di mana Nabi Adam dan Siti Hawa kembali bersatu setelah terpisah selama ratusan tahun.

BACA JUGA :  Hikmah Teladan Peristiwa Isra Mi'raj, Menurut Al Imam As Sayyid Muhammad

Keberadaan tempat ini membuktikan bahwa mabit di Muzdalifah bukan hanya kewajiban ritual, tapi juga sarat makna sejarah dan spiritual.

Saat tiba di Muzdalifah, jemaah dianjurkan untuk melaksanakan salat jama Maghrib dan Isya, serta memperbanyak dzikir.

Tak lupa, mereka mengambil kerikil yang akan digunakan untuk melempar jumrah di Mina. Jumlah kerikil yang diambil berbeda bagi jemaah Nafar Awal dan Nafar Tsani, yakni 49 dan 70 batu kecil.

Sebuah tradisi yang sudah diwariskan turun-temurun dan terus dijaga hingga kini.

Selepas mabit di Muzdalifah, perjalanan berlanjut ke Mina, yang secara bahasa berarti ‘harapan’. Di sinilah jemaah menuangkan doa dan harapan, memohon ampunan dan berkah dari Allah SWT.

BACA JUGA :  Siapa Haman Menteri Paling Berpengaruh Saat Fir'aun Berkuasa

Ritual penting di Mina adalah lempar jumrah Aqobah yang dilakukan pada 10 Zulhijjah, diikuti dengan tahallul awal, tanda jemaah mulai bebas dari larangan ihram, kecuali satu hal penting, hubungan suami istri yang baru boleh dilakukan setelah tahallul tsani.

Mabit di Mina menjadi momen refleksi dan doa, berlangsung selama malam 11 dan 12 Zulhijjah bagi Nafar Awal, serta malam 13 Zulhijjah bagi Nafar Tsani.

Di sini jemaah kembali melempar jumrah Ula, Wustho, dan Aqobah, sebuah ritual simbol pengusiran setan dan penghapusan dosa.

KH Ulinnuha mengingatkan, mabit di Muzdalifah dan Mina bukan sekadar kewajiban, tapi juga ladang pahala yang besar dan bentuk ketundukan mutlak kepada Allah.

BACA JUGA :  Seleksi Tenaga Pendukung PPIH Arab Saudi 2025 untuk 8 Formasi Dibuka, Ayo! Pendaftaran Gratis

“Ini adalah momen kita untuk memperkuat iman, menguatkan niat, dan menghayati perjalanan spiritual yang diwariskan oleh Nabi Muhammad saw,” ujarnya.

Setelah semua rangkaian ritual selesai, jemaah kembali ke hotel masing-masing di Makkah, membawa bekal rohani yang mendalam dan harapan baru untuk kehidupan yang lebih baik.

Mabit di Muzdalifah dan Mina bukan hanya perjalanan fisik, tapi juga perjalanan jiwa, menorehkan kisah-kisah spiritual yang mengubah setiap jemaah menjadi insan yang lebih taat dan penuh rasa syukur.***