JAKARTA — Bongkar skandal dana CSR BI, Tiga elemen sipil Provinsi Lampung yakni DPP Akar Lampung, Keramat Lampung, dan DPP Pematank secara serentak menggelar aksi di dua titik panas penegakan hukum,Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Kejaksaan Agung RI (Kejagung).
Mereka tak sekadar teriak. Mereka membawa dua “dosa besar” yang dianggap dibiarkan diam oleh negara, Skandal dana CSR BI senilai Rp1,6 triliun dan dugaan pelanggaran berat PT Sugar Group Companies (SGC).
Di depan Gedung KPK, massa aksi menyerukan desakan keras agar KPK tidak lagi tidur dalam kasus mega korupsi CSR Bank Indonesia.
Aliansi menyebut dana CSR sebesar Rp1,6 triliun yang seharusnya digunakan untuk beasiswa dan pemberdayaan UMKM, justru diduga disalurkan ke yayasan fiktif dan logistik kampanye politisi.
“Sudah hampir setahun sejak penggeledahan, tapi satu pun tersangka belum diumumkan. Ini mencederai integritas KPK!” tegas Indra Musta’in, koordinator lapangan, dari atas mobil komando.
Aliansi dengan tegas menyebut tiga nama anggota DPR RI dari Lampung yang harus diperiksa:
- Ela Siti Nuryamah (PKB)
- Marwan Cik Asan (Demokrat)
- Ahmad Junaidi Auly (PKS)
Mereka diduga menikmati aliran dana CSR untuk keperluan pribadi dan kampanye, dengan modus antara lain:
- Pengadaan ambulans kampanye
- Pembelian alat cetak logistik pemilu
- Penyaluran bantuan UMKM fiktif
Aliansi memberikan tenggat 14 hari kerja kepada KPK untuk menetapkan para tersangka. Jika tidak, massa mengancam akan datang dengan jumlah yang lebih besar!
Tidak berhenti di KPK, aliansi bergerak menuju Kejagung RI untuk menuntut tindakan tegas atas dugaan pelanggaran berat oleh PT SGC, raja gula asal Lampung yang disebut-sebut bermain di wilayah hukum, tanah, dan pajak.
Aksi menyoroti:
- Suap Rp70 miliar ke pejabat MA untuk memenangkan gugatan Marubeni
- Penyerobotan lahan adat dan konservasi di Tulangbawang
- Pengemplangan pajak lewat manipulasi luas HGU
- Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) Rp915 miliar dan 51 kg emas
“Kami minta Kejagung segera tangkap petinggi SGC! Jangan biarkan hukum dikendalikan oleh konglomerat!” tegas orator dalam aksi.
Spanduk besar bertuliskan “CSR untuk rakyat, bukan logistik caleg!” dan “Tangkap Raja Gula!” menghiasi area demonstrasi. Poster wajah para politisi terduga ikut disorot tajam.
Massa juga mengenakan kaos bertuliskan “Rakyat Bukan Boneka Konglomerat”, dan membagikan selebaran kronologi kasus ke pengguna jalan dan wartawan.
Dalam pernyataan akhir, aliansi menyerukan kepada publik dan semua elemen masyarakat untuk tidak membiarkan skandal-skandal ini dikubur dalam senyap.
“Kami tidak takut. Kalau mereka tidak ditindak, kami akan datang lagi, dan lagi, dan lagi, sampai keadilan benar-benar ditegakkan!” ujar seorang petani muda dari Lampung yang ikut aksi.***