Scroll untuk baca artikel
Olahraga

Piala Presiden 2025: Sepak Bola Internasional, Dagangan Laku, dan Gubernur Tersenyum di Jalak Harupat

×

Piala Presiden 2025: Sepak Bola Internasional, Dagangan Laku, dan Gubernur Tersenyum di Jalak Harupat

Sebarkan artikel ini
Laga perdana Piala Presiden 2025 antara Persib Bandung vs Port FC (Thailand) di Stadion Si Jalak Harupat, Minggu (6/7/2025).

KOTA BANDUNG — Final Piala Presiden 2025 tinggal menghitung hari, dan atmosfernya tak hanya menggairahkan dunia sepak bola, tapi juga dompet para pedagang kecil dan para penggemar selfie di depan Gedung Sate.

Gubernur Jawa Barat Kang Dedi Mulyadi (KDM) menyebut penyelenggaraan Piala Presiden kali ini memberi kesan manis bagi para finalis dan pahit bagi yang gagal masuk stadion karena kehabisan tiket (atau kehabisan alasan izin keluar rumah).

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

“Dua tim finalis dari luar negeri, Oxford United dari Inggris dan Port FC dari Thailand, pasti akan membawa warna berbeda. Jadi kita, ya, jadi penonton yang baik saja,” ucap KDM dalam Press Conference Road to Final Piala Presiden 2025, Jumat (11/7), di pelataran Gedung Sate.

BACA JUGA :  IPW: Izin Kejuaraan Menpora Tabrak Keppres dan Intruksi Mendagri

Gubernur juga menyelipkan ajakan edukatif dengan gaya khas ayah yang tahu kapan harus serius dan kapan harus santai agar anak-anak sekolah menyempatkan diri menonton laga final sebelum kembali ke rutinitas belajar.

“Ini tontonan berkualitas dengan teknik tinggi, beda dengan nonton bola di warnet sambil main Mobile Legends,” candanya.

Sementara orang tua biasanya mengajak anak ke pameran pendidikan atau bazar buku selama liburan, KDM tampaknya lebih senang anak-anak melihat kiprah gelandang Inggris dan striker Thailand secara langsung, agar kelak bisa membedakan mana tiki-taka, mana umpan lambung ke langit ketujuh.

Tak hanya para penggemar bola yang tersenyum, pedagang asongan, tukang baso, hingga ojol dan petugas kebersihan pun ikut kecipratan euforia ekonomi.

Menurut KDM, stadion Jalak Harupat tak hanya menyajikan pertandingan, tapi juga panggung rezeki dari Tuhan yang berbentuk gorengan dan es kelapa muda.

BACA JUGA :  Menpora: Indonesia Hormati Keputusan Penundaan Piala Dunia U-20

“Ekonomi kerakyatan bergerak. Dagangan laku, angkot ada penumpangnya, ojek online ada ordernya, petugas kebersihan pun bekerja. Bahkan tukang parkir pun sempat merasa seperti CEO startup, karena parkir penuh sejak pagi,” tutur Gubernur, separuh bangga, separuh terharu.

Sementara itu, Ketua Steering Committee Piala Presiden 2025, Maruarar Sirait alias Bang Ara, menyampaikan bahwa kehadiran dua klub luar negeri ini bukan hanya debut, tapi juga terapi kolektif bagi sepak bola nasional.

“Pertama kali ada klub luar ikut. Ini momen langka. Liga Indonesia bisa belajar bagaimana bola itu mengalir, bukan mental,” ujarnya.

Bang Ara menyebut lebih dari 110 pelaku UMKM terlibat langsung, dengan omzet harian mencapai 2–5 juta rupiah. Jumlah yang cukup untuk membuat beberapa pedagang bermimpi buka cabang di luar stadion—atau minimal beli gerobak baru tanpa hutang ke rentenir.

BACA JUGA :  Kejurnas Sepatu Roda dan Skateboard Piala Ibu Negara Dimulai

“Terima kasih Pak Gubernur sudah jadi tuan rumah yang baik, ramah pada bola, dan juga pada pedagang cilok,” kata Bang Ara dengan penuh semangat kebangsaan dan semangat jualan.

Final Piala Presiden 2025 bukan sekadar pertandingan. Ia adalah miniatur dari bagaimana sepak bola bisa menyatukan masyarakat, menggairahkan ekonomi, dan memperlihatkan bahwa di tengah konflik politik dan harga beras naik, ada satu hal yang bisa membuat semua orang duduk di kursi yang sama sepak bola.

Jadi, apakah Anda akan menonton final ini karena cinta bola, cinta diskon jajanan, atau karena ingin unggah story dari tribun? Apa pun alasannya, jadilah penonton yang baik yang tak hanya bersorak saat gol, tapi juga buang sampah pada tempatnya.***