KOTA BEKASI — Kekacauan lama yang dibungkus baru. Itulah suasana Pasar Kranji Baru, Bekasi Barat, usai beredarnya surat edaran dari PT Annisa Bintang Blitar (ABB) yang kembali mengusik ketenangan para pedagang.
Para pedagang Pasar Kranji Baru, Bekasi Barat, mendadak resah. Bukan karena harga cabe melonjak atau pembeli sepi. Tapi gegara sebuah surat edaran ber kop PT ABB yang dianggap mereka kembali bikin ulah.
Isinya surat edaran yang ditandatangani oleh dirketur utama PT ABB yang telah berganti nama itu, soal pemindahan pagar demi “lalu lalang mobil proyek”. Tapi yang mengusik bukan pagarnya melainkan kenapa lagi-lagi pagar dipindah, sementara bangunan pasar tak juga berdiri tegak?
Sri Mulyono, pedagang senior yang dikenal vokal, menyebut para pedagang mulai gerah dan berniat menggeruduk kantor PT ABB pada Kamis (17/7/2025) untuk mempertanyakan kejelasan isi surat edaran tertanggal 16 Juli 2025.
“Pagar mau dipindah, proyek katanya mau dimulai. Lah, SPL-nya mana? Kompensasi udah dibayar? Jangan-jangan ini lagi-lagi episode sinetron janji palsu,” sindir Sri yang mengirimkan foto surat edaran ke redaksi media ini.
Revitalisasi Pasar Kranji Baru, yang sudah “di launching” sejak 5 tahun lalu, kini lebih cocok disebut proyek “Waiting for Godot” versi Bekasi.
PT ABB terus mengumbar narasi, pembangunan akan segera dimulai, verifikasi pedagang terus berlangsung, kios siap disediakan. Tapi sampai Juli 2025, kompensasi ke Pemkot Bekasi disebut masih nunggak lebih dari Rp16 miliar. PKS pun belum final. Revisi demi revisi, makin menyerupai skripsi yang tak pernah disidang.
Sementara itu, pedagang yang dipindahkan ke TPS “sementara” sejak awal kini serasa menetap selamanya. Penghasilan ambruk, harapan ikut runtuh. Bahkan vendor pembangunan TPS, Pak Sunarno, mengaku belum juga dibayar sekitar Rp2,5 miliar.
“Jangan tanya kami soal kios. Banyak dari kami sudah bayar DP, ada yang lunas. Justru kami yang harus bertanya PT ABB sanggup lanjut bangun atau nggak?” kata Sri Mulyono Rabu malam 16 Juli 2025.
Sri Mulyono juga menyoroti Pemkot Bekasi yang belum menerbitkan Addendum PKS yang dijanjikan sejak Februari 2025. Ia menyindir, jangan-jangan isi addendum lebih ruwet dari kasus ‘ijazah palsu’ yang berseri-seri.
“Kalau PT ABB memang nggak kuat finansial, kenapa masih dikasih panggung? Ada utang budi? Atau karena nggak ada opsi lain?”tanya dia.
Menurutnya, revitalisasi ini murni investasi, bukan proyek APBD. Maka seluruh tanggung jawab finansial ada di pundak PT ABB. Kalau tak sanggup, jangan pura-pura kuat.
Sri menilai, saat ini Pasar Kranji lebih mirip panggung sinetron, pemeran utama PT ABB jago bicara, lemah kerja. Sementara penonton setia Pemkot Bekasi kadang tepuk tangan, kadang diam.
“Figuran tetap Para pedagang, rugi, sabar, tapi tetap bertahan. Semoga yang dipindah bukan cuma pagar, tapi juga pola pikir dan keberanian ambil keputusan,”ujarnya.
“Kalau tidak, Pasar Kranji akan terus jadi simbol, pasar tanpa dagangan, pembangunan tanpa akhir, dan janji tanpa rasa malu,” tandasnya mengaku bosan dengan lakon yang di mainkan itu-itu saja..
Kini, harapan para pedagang hanya satu, Pemkot Bekasi segera menerbitkan Addendum PKS seperti yang dijanjikan sejak Februari 2025. Mereka butuh kepastian hukum, bukan kepastian drama. Sudah cukup jadi korban tipu daya dan janji manis tanpa rasa.
Yang lebih miris, ada vendor bernama Pak Sunarno yang katanya membangun TPS dan Ruko sejak awal, masih menanti pembayaran Rp2,5 miliar dari PT ABB. Kemarin, nyaris jadi korban saat mengadu ke kantor ABB. Untungnya, nyawanya masih panjang beda dengan kesabaran banyak pihak.
“Buat PT ABB, bayar vendor, lunasi kompensasi, dan bangun sesuai aturan. Kalau tidak sanggup, jangan bikin gaduh. Ini pasar, tempat orang cari nafkah, bukan cari sial,” tutup Sri Mulyono.***