Scroll untuk baca artikel
Head LineTANGGAMUS

Diskominfo Tanggamus: Janji Tinggal Janji, Ratusan Media Menunggu ‘Godot’

×

Diskominfo Tanggamus: Janji Tinggal Janji, Ratusan Media Menunggu ‘Godot’

Sebarkan artikel ini
Foto: Ratusan wartawan di Tanggamus menggeruduk kantor Bupati, mereka protes terkait mekanisme kerja sama media yang diberlakukan Diskominfo, Rabu 12 Maret 2025
Foto: Ratusan wartawan di Tanggamus menggeruduk kantor Bupati, mereka protes terkait mekanisme kerja sama media yang diberlakukan Diskominfo, Rabu 12 Maret 2025

TANGGAMUS – Di suatu dimensi di mana janji instansi pemerintah seolah hanya hiasan dinding, Diskominfo Kabupaten Tanggamus kembali menciptakan episode baru dalam saga “janji-janji manis yang tidak pernah direalisasikan”.

Kalau menunggu cinta berbalas itu menyakitkan, maka menunggu pengumuman verifikasi media dari Diskominfo Tanggamus adalah ujian iman paling berat abad ini.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Sudah dijanjikan akan diumumkan Rabu, 17 Juli 2025, secara daring, ratusan pengelola media sempat geger membuka website Pemkab siapa tahu ada kejutan.

Tapi ternyata tidak ada pengumuman. Tidak ada update. Tidak ada suara. Hening, seperti suara hati rakyat yang di-seen pejabat.

Hingga Kamis (17/7/2025), 620 media yang mendaftar verifikasi kerja sama masih dihukum dengan penantian tanpa batas sebuah tanda tanya raksasa yang membuat banyak pihak bertanya-tanya: “Apakah sudah lupa cara mengumumkan atau memang sengaja disembunyikan?”

BACA JUGA :  Ijazah Ditahan, SMKN 1 Kobar Tetap Bersiteguh Minta Dana Komite Dilunasi

Padahal, sebelumnya telah dihebohkan bahwa hasil verifikasi akan diumumkan secara daring pada Rabu, 17 Juli 2025 melalui kanal resmi Pemkab.

Ironisnya, kenyataan di lapangan malah menunjukkan bahwa “online” yang dimaksud tampak seperti fase beta banyak fitur masih dalam pengembangan, termasuk tombol “umumkan hasil” yang entah di mana peredarannya.

Kepala Dinas Kominfo, Suhartono, pun dengan nada yang terkesan setengah bercanda via WhatsApp, mengabarkan, “Belum diumumkan masih belum selesai.” Sederhana dan lugas, seperti kode rahasia bagi para birokrat yang kelupaan deadline.

Keterlambatan ini bukan sekadar masalah teknis, melainkan telah berubah menjadi pertunjukan seni birokrasi di mana perencanaan, koordinasi, dan komitmen dipertontonkan dengan model “flash mob” tanpa penampilan yang konsisten.

BACA JUGA :  Pedagang Pasar Kranji Resah, Beredar Surat Permintaan Mengosongkan TPS

Sejumlah pengelola media mulai melontarkan sinis, mencurigai bahwa ada agenda rahasia “Jangan-jangan sudah ada media yang diloloskan diam-diam, tanpa diumumkan terbuka. Ini membuka celah dugaan permainan dan titipan.”

Kritik ini seakan menuduh, bahwa di balik tabir keterlambatan, tersimpan taktik politik ala “silent auction” di mana media pilihan sudah terpilih jauh hari sebelumnya.

Transparansi dan akuntabilitas yang seharusnya menjadi bendera bagi Diskominfo, kini berubah menjadi hiasan semu tidak tampak dari balik keterlambatan yang semakin memunculkan bayangan birokrasi yang tidak disiplin.

Para pelaku media yang menanti kabar resmi kini dihadapkan pada dilema eksistensial: terus menunggu atau beralasan bahwa realita ini adalah bentuk kreatif dari komunikasi modern?

Jika kepercayaan publik tidak segera disulap menjadi sesuatu yang bisa diunggah secara daring, maka reputasi Diskominfo bisa jadi bakal tertinggal seperti status update yang belum di-refresh selama berminggu-minggu.

BACA JUGA :  Terkait BLTDD Tahap 5 di Pekon Antar Brak, Begini Tanggapan Sekcam Limau

Pemerintah Kabupaten Tanggamus sepertinya sedang berada dalam mode “time out” yang tidak terduga menyisakan ruang bagi evaluasi mendalam mengenai manajemen informasi dan pelayanan publik.

Seandainya itikad baik tak segera bangkit, kepercayaan masyarakat bisa terkikis habis, layaknya sinyal Wi-Fi di ujung jalan yang selalu putus-putus saat dibutuhkan.

Diskominfo, jika nanti ingat bahwa komunikasi akurat dan akuntabel adalah kunci dari kepercayaan publik, mungkin janji tinggal janji ini bisa segera bertransformasi menjadi aksi nyata.

Namun, hingga saat itu tiba, ketidakpastian tetap menjadi soundtrack satir yang mengiringi perjalanan para media yang terus menanti.***