Scroll untuk baca artikel
OlahragaZona Bekasi

FC Bekasi City Kini Milik Warga Bekasi: Liga Dua, Rasa Nasionalisme Lokal

×

FC Bekasi City Kini Milik Warga Bekasi: Liga Dua, Rasa Nasionalisme Lokal

Sebarkan artikel ini
Tri Adhianto Wali Kota Bekasi bersama Putra Nasution di Stadion Chandra Baga

KOTA BEKASI – Di tengah panasnya rumput stadion dan harapan para remaja yang membawa mimpi dalam sepasang sepatu bola, Putra Siregar berdiri dengan satu kalimat magis “Kini FC Bekasi City bukan milik saya. Tapi milik seluruh warga Kota Bekasi.”

Pernyataan ini bukan sekadar gimik stadion. Di hadapan 200 pemain muda terpilih dari 600 pendaftar yang berjejer sejak subuh demi satu peluang menuju Championship League 2025/26, Putra Siregar yang dikenal lebih dulu sebagai pebisnis dan content creator mendadak tampil bak negarawan lokal sepak bola.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Setelah lima tahun berkutat dalam kerasnya kompetisi profesional, akhirnya sang klub merasa ‘diakui’ warga Kota Bekasi. Mungkin butuh waktu atau mungkin butuh stadion baru, atau cukup surat dari wali kota tapi yang jelas Bekasi City is home, now.

BACA JUGA :  Wali Kota Bekasi Tri Adhianto: “Asap Rokok Bukan Aroma Kota, Kita Butuh Udara, Bukan Drama!”

Tak lengkap kisah ini tanpa Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto, yang hadir bukan hanya untuk seremoni, tapi juga menggulirkan wacana besar bahwa dia ingin Bekasi jadi pusat sport tourism.

“Karena wisata itu tidak melulu soal selfie di cafe rooftop, tapi juga nonton bola di stadion yang rumputnya asli,” ucap Tri, disambut sorak dan kamera media lokal.

Dalam bahasa awam, artinya bekasi ingin dikenal bukan cuma karena macet dan mal, tapi juga karena menghasilkan atlet yang bisa masuk radar tim nasional atau minimal viral di TikTok karena selebrasi gol unik.

Tri juga menegaskan, klub bola harus jadi bagian ekosistem pembangunan, bukan hanya alat promo jersey baru tiap musim.

“Kami akan dukung siapa pun yang serius membina atlet lokal,” tambahnya, sebelum menoleh ke Putra, “Tentu dengan komitmen juga dari Bang Putra, bukan hanya cetak konten tapi juga cetak striker.”

BACA JUGA :  Jakarta-Bekasi Sepakat Perpanjang Kerja Sama TPST Bantar Gebang hingga 2031

Putra, yang dulunya lebih dikenal karena kiprah bisnis dan media sosial, kini mencoba membangun narasi bahwa sepak bola bukan cuma industri, tapi identitas lokal.

Maka ketika ia menyebut klub ini “bukan milik saya, tapi milik warga,” itu bukan hanya klaim populis, tapi juga sinyal bahwa ia sedang menggandeng kekuatan warga, politisi, dan talenta muda dalam satu tendangan bebas kebersamaan.

Namun jangan salah, Kota Bekasi kini jadi rumah dua klub:

  • Di Liga 2 ada FC Bekasi City,
  • Di Liga 4 ada Persipasi klub yang lebih “tua” dan sering dianggap “anak kandung” warga lokal.

Tri pun menegaskan bahwa tak ada anak emas, semua dapat perlakuan adil. Karena dalam demokrasi sepak bola, semua klub punya hak yang sama di hadapan Pemkot, hanya beda di papan skor.

BACA JUGA :  GP Ansor Jatimakmur dan Majelis Saung Ratib Aktif Gelar Pengajian

“Semua klub diperlakukan sama. Hanya kompetisinya saja yang berbeda,” tegasnya mengatakan yang utama itu prestasi dan pembinaan atlet muda.

Dalam sejarah sepak bola Indonesia, banyak klub berpindah domisili seperti anak kos berpindah kontrakan. Tapi FC Bekasi City tampaknya sedang berusaha mengukuhkan diri milik warga, bukan sekadar branding.
Apakah ini strategi hati? Bisa jadi. Strategi politik? Mungkin. Yang jelas, kini tiap gol akan terasa lebih lokal, dan tiap kekalahan akan terasa lebih personal.

Bermain untuk Bekasi City bukan lagi sekadar main bola tapi membela identitas baru kota mereka. Dan mungkin, sekaligus bikin bangga mama, tetangga, dan followers di Instagram.***