Scroll untuk baca artikel
LampungLingkungan Hidup

Usai Elefun RUN 2025 di TNWK, Penjual Cilok Jadi Korban Amuk Gajah Liar

×

Usai Elefun RUN 2025 di TNWK, Penjual Cilok Jadi Korban Amuk Gajah Liar

Sebarkan artikel ini
Kawanan gajah liar kembali melakukan "kunjungan dinas" meninjau wilayah permukiman warga di Kecamatan Way Jepara, Lampung Timur, pada Selasa (2/7/2025).

LAMPUNG TIMUR – KARDI (55), warga Desa Braja Indah, Kecamatan Braja Selebah, Lampung Timur, yang sehari-hari berjualan cilok keliling, harus masuk rumah sakit setelah berhadapan dengan pembeli tak diundang seekor gajah liar.

Peristiwa dramatis itu terjadi di perladangan Desa Braja Asri, Kecamatan Way Jepara, Minggu sore (10/8/2025). Padahal pagi ribuan warga mengikuti Elefun RUN 2025 di Taman Nasional Way Kambas (TNWK) yang dihadiri Bupati, Wakil Bupati hingga Ketua DPRD Lampung Timur.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Menurut Kepala Dusun 5 Braja Indah, Roni, awalnya Kardi bersama rekannya, Joko, sedang melintas di ladang dengan rencana sederhana memancing di sungai sekitar pukul 15.00 WIB.

BACA JUGA :  Balai Taman Nasional Way Kambas Pastikan Pada Bangkai Gajah Mati Tak Ditemukan Bekas Luka

“Tiba-tiba nongol seekor gajah di ladang warga. Bukan sekadar lewat, tapi langsung mengejar,” kata Roni.

Kardi dan Joko lari pontang-panting. Tapi gajah, meski bertubuh besar, ternyata punya stamina yang bikin iri pelari maraton.

“Korban dikejar ratusan meter, terjatuh, lalu diserang,” ujar Roni seraya mengatakan beruntung, setelah puas, gajah itu pergi begitu saja mungkin kecewa ciloknya tidak dibawa.

Warga segera mengevakuasi Kardi ke puskesmas, lalu rumah sakit, sebelum akhirnya dirujuk ke RSUD Sukadana.

“Kami minta pihak yang berwenang tanggung jawab. Gajah itu keluar dari Taman Nasional Way Kambas (TNWK) dan menyerang di luar wilayahnya. Cilok itu modalnya tepung, bukan tameng anti-gajah,” sindir Roni.

BACA JUGA :  Puluhan Tahun, Jalan Raya Jabung-GSB Tak Pernah Ada Perbaikan

Anton, warga Braja Asri, menambahkan bahwa bukan hanya satu ekor, tapi kawanan gajah sudah beberapa hari ini rutin “tour” ke ladang warga.

“Mereka masuk, makan, merusak tanaman. Kadang di Braja Asri, kadang di Braja Yekti. Kayaknya lagi survei lokasi untuk cabang TNWK,” ujarnya.

Konflik manusia-gajah di Lampung Timur memang bukan cerita baru. Bedanya, kali ini korbannya penjual cilok profesi yang seharusnya cuma berhadapan dengan cuaca panas dan pembeli yang nawar, bukan gajah yang ngejar tanpa basa-basi.

Warga pun mendesak pemerintah agar tidak sekadar memasang spanduk “Hati-hati Gajah Liar”, tapi juga memasang solusi nyata. Sebab, nyawa manusia dan habitat satwa sama-sama berharga asal tidak saling tabrak di tengah ladang.***