KOTA BEKASI – Kadang hidup memang seperti sinetron Ramadan, awalnya penuh ujian, di tengah ada drama air mata, lalu di akhir ada adegan haru bahagia dengan backsound syahdu. Begitulah yang dirasakan Suratinah, ibu asuh Wakil Wali Kota Bekasi, Abdul Harris Bobihoe.
Dulu, rumahnya hanya kalah sedikit dari istilah “rumah panggung” bukan karena seni arsitektur, tapi karena lantai dan atapnya sama-sama rawan goyah. Sekarang? Berkat program Bedah Rumah Tinggal Layak Huni (Rutilahu), rumah itu berubah jadi tempat yang bahkan kipas angin bisa berputar dengan tenang tanpa takut jatuh ketimpa genteng.
Hari itu, Wawali Harris datang bersama istri tercinta, Wuri Handayani Bobihoe, untuk melihat langsung hasil renovasi. Senyumnya mengembang, seperti orang baru gajian tanggal muda.
“Alhamdulillah, kami bersama istri mengunjungi ibu Suratinah. Dan kami sangat merasakan bahagia, saat ini keadaan rumahnya telah lebih baik dan bisa lebih nyaman,” ucap Wawali dengan wajah puas seperti ayah yang melihat anaknya lulus sidang skripsi.
Ia juga menegaskan, bedah rumah ini bukan sulap, bukan sihir, melainkan hasil kepedulian Yayasan Bersinar Pelita Hati dan CSR Bank BJB.
Harapannya, program ini terus berjalan, sehingga makin banyak warga pra sejahtera yang rumahnya bisa naik level dari “konsep survival” menjadi “konsep nyaman”.
“Bantuan rumah ini adalah bentuk kepedulian terhadap masyarakat. Insya Allah, tentunya program yang baik ini akan terus membantu membangun rumah layak huni,” tambahnya dengan nada optimis, seperti politisi yang yakin janji kampanye-nya tak akan dilupakan.
Di sisi lain, Suratinah tampak berkaca-kaca. Air matanya jatuh pelan bukan karena debu rumah seperti dulu, tapi karena rasa syukur yang tak terbendung.
“Hanya Tuhan yang bisa membalas kebaikan Bapak dan Ibu. Rumah ini membuat saya nyaman,” katanya, sambil menyeka air mata dengan ujung kerudung.
Acara itu dihadiri pula oleh Istri Sekretaris Daerah Kota Bekasi, pihak Yayasan Bersinar Pelita Hati, jajaran Kecamatan Bekasi Timur, TP PKK, hingga pihak Bank BJB. Lengkap sudah formasi tamu, mirip undangan hajatan, tapi kali ini menu utamanya bukan tenda biru, melainkan rumah baru.
Dan begitulah, dari rumah yang dulu nyaris “angin lewat pun bisa masuk tanpa izin”, kini Suratinah bisa tidur nyenyak tanpa khawatir atap bocor atau pintu macet.
Sebuah kisah nyata, yang membuktikan bahwa kepedulian dan gotong royong masih bisa jadi bahan bakar kebahagiaan bahkan di tengah gempuran berita politik dan drama medsos.