PATI – Rabu (13/8/2025), grup WhatsApp di Pati mendadak panas. Beredar video seorang pria berpeci hitam, berbaju putih, dan bersarung ungu membacakan surat pengunduran diri Bupati Pati, Sudewo.
Isinya dramatis lengkap dengan identitas, jabatan, alasan mundur, dan pengakuan “gagal jadi pemimpin.”
Kalau ini film, penonton mungkin sudah siap berdiri sambil tepuk tangan.
Sayangnya, ini cuma drama komedi politik.
Penelusuran berbagai sumber memastikan, itu bukan Bupati, itu Cak Ulil, koordinator demo dari Aliansi Santri. Suratnya? Bukan dokumen negara, melainkan “naskah satire” yang disiapkan demonstran untuk memaksa sang Bupati menandatangani babak akhir kariernya.
Seperti acara stand-up comedy, tapi penontonnya massa aksi. Surat yang dibacakan punya lima poin tuntutan. Tapi tidak ada tanda tangan Sudewo, apalagi stempel resmi.
Secara hukum, nilainya sama dengan surat cinta tanpa balasan. Tujuan surat ini jelas: “mendorong” Bupati agar sadar diri dan lengser semacam ultimatum beraroma parodi.
“Saya dipilih rakyat secara konstitusional. Jadi nggak bisa berhenti cuma karena tuntutan. Semua ada mekanismenya.”ujarnya santai menanggapi video viral pengunduran dirinya itu.
Artinya, kalau mau Bupati turun, caranya bukan dengan surat satire di tengah demo, tapi lewat prosedur resmi. Ya, mirip kayak main catur nggak bisa langsung bilang “checkmate” kalau bidaknya masih di kotak awal.
Konten satire seperti ini memang sering sukses bikin publik terkecoh. Dibungkus formal, dibacakan di forum terbuka, dan disebar tanpa konteks, orang bisa langsung percaya.
Padahal satire itu ibarat cabai rawit kecil, pedas, tapi bukan racun. Sayangnya, sebagian warga masih menganggapnya fakta mentah, bukan sindiran politik.
Kesimpulnya, bahwa video yang beredar dan jadi konten media online itu bukan pengumuman resmi, melainkan “pementasan mini” di tengah aksi demo. Tokohnya Cak Ulil. Sutradara Aliansi Santri. Penonton: Warga yang sedang panas isu Bupati.
Target kritik Sudewo yang sampai sekarang menolak turun dari kursi kekuasaan.
Jadi, kalau ada yang masih percaya Bupati Pati sudah mundur, mohon maaf panggungnya sudah tutup, pemainnya pulang, dan Bupati masih duduk di kursi, mungkin sambil menyeruput kopi.***