WAWAINEWS.ID – Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan, menohok dunia internasional dalam Sidang Umum PBB ke-80. Dengan suara lantang, ia mendesak intervensi global untuk menghentikan genosida Israel di Gaza yang disebutnya sebagai tragedi kemanusiaan terbesar dalam sejarah modern.
“Penderitaan rakyat Palestina hari ini belum pernah terjadi sebelumnya kelaparan, pemindahan paksa, pembunuhan sistematis. Semua ini terang-terangan melanggar Piagam PBB, hukum internasional, dan hukum humaniter,” tegas Faisal, Minggu (28/9/2025).
Pangeran Faisal menekankan bahwa eskalasi militer tidak pernah melahirkan perdamaian, dan menyerukan agar serangan Israel segera dihentikan. Ia juga menuntut agar bantuan kemanusiaan masuk tanpa hambatan ke Gaza, di mana jutaan orang kini hidup di ambang kelaparan.
“Masalah Palestina yang ditangani di luar kerangka hukum internasional hanya memperpanjang kekerasan. Kalau dunia hanya bisa rapat, bikin resolusi, lalu pulang selfie di koridor PBB—ya penderitaan rakyat Palestina akan terus jadi tontonan gratis,” sindirnya.
Solusi Dua Negara: Dari Konsep Jadi Wacana Abadi?
Faisal kembali mendorong solusi dua negara sebagai jalan keluar. Ia memperingatkan, kegagalan komunitas internasional mengambil sikap tegas hanya akan memperluas ketidakstabilan global.
“Kegagalan untuk menghentikan agresi Israel hanya akan meningkatkan kejahatan perang dan genosida. Dunia tidak butuh pernyataan simpati lagi, yang dibutuhkan adalah tindakan,” katanya.
Arab Saudi, sambung Faisal, sudah ikut berinisiatif:
“Kami menyambut baik semakin banyaknya negara yang mengakui Palestina. Yang lain, ayo jangan kebanyakan mikir,” ujarnya dengan nada menekan.
Fakta di Lapangan: Gaza Jadi Neraka Dunia
Sementara para diplomat berdebat soal redaksi resolusi, Gaza terus dibombardir. Menurut laporan WAFA, 40 warga Palestina tewas pada Minggu (28/9/2025) saja akibat serangan Israel.
Sejak Oktober 2023, korban jiwa mencapai 66.005 orang, dengan 168.162 terluka. Mayoritas korban adalah perempuan dan anak-anak.
Artinya, setiap kali dunia berdebat soal “apa itu gencatan senjata permanen”, satu keluarga Palestina bisa saja lenyap dari catatan sipil.
Pidato Faisal ditutup dengan seruan agar dunia berhenti bersandiwara.
“Sudah saatnya masyarakat internasional bertindak dalam solidaritas, membangun kepercayaan, dan mengupayakan kerja sama tulus untuk keamanan semua,” pungkasnya.
Pertanyaannya: apakah dunia akan bergerak, atau cukup puas jadi penonton VIP genosida, lengkap dengan dasi dan pidato moral di podium PBB?.***