Scroll untuk baca artikel
Zona Bekasi

Pasar Kranji Baru: Janji Revitalisasi yang Berujung Tragedi

×

Pasar Kranji Baru: Janji Revitalisasi yang Berujung Tragedi

Sebarkan artikel ini
Surat Pernyataan Pedagang Pasar Kranji Baru, Bekasi

KOTA BEKASI – Di atas kertas, revitalisasi Pasar Kranji Baru, Bekasi Barat, harusnya menjadi simbol kebangkitan ekonomi rakyat. Namun di lapangan, janji manis itu berubah jadi drama panjang penuh luka: pedagang merugi, vendor terlilit hutang, dan proyek mangkrak seperti gedung tak berjiwa.

Salah satu korban paling nyata adalah Sunarno, seorang vendor yang dulu percaya pada kerja sama dengan PT Annisa Bintang Blitar (PT ABB) perusahaan yang ditunjuk Pemkot Bekasi lewat Perjanjian Kerja Sama (PKS) untuk membangun pasar.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Sunarno, yang menghabiskan puluhan tahun bekerja keras, kini hidup dalam kondisi sakit-sakitan setelah kehabisan harta akibat proyek yang tak kunjung selesai.

“Bayangkan, uang hasil kerja puluhan tahun hilang begitu saja. Janji dibayar Rp 2,5 miliar tak pernah terealisasi,” kisah Sri Mulyono pedagang senior sekaligus mantan pengurus RWP Pasae Kranji Baru, Kota Bekasi yang mengenal dekat Sunarno kepada Wawai News, Rabu 1 Oktober 2025.

Pak Sunarno, pria paruh baya yang hampir mengorbankan nyawanya demi menagih sisa pembayaran proyek miliaran rupiah yang sudah tujuh tahun ditelantarkan oleh pelaksana revitalisasi pasar Kranji.

Tragisnya, di tengah kesulitan itu, Sunarno harus kehilangan istri, mertua, dan adik iparnya. Sementara pihak PT ABB, kata para pedagang, hanya piawai menjual janji.

PKS Multi Tafsir, Multi Korban

Persoalan bermula dari PKS (Perjanjian Kerja Sama) antara PT ABB dan Pemkot Bekasi yang disebut para pedagang “multi tafsir” bahasa halus untuk menyebut dokumen cacat sejak lahir. Celah inilah yang kemudian dijadikan “senjata” oleh pemilik PT ABB untuk menghindar dari tanggung jawab.

Meski sempat dibuat addendum untuk menyempurnakan PKS, para pedagang menilai itu hanya permainan kata. “Mau ada addendum atau tidak, bagi kami pedagang sama saja, pasar tetap mangkrak, kios tak kunjung dibangun,” ujar seorang Sri Mulyono.

Bahkan lebih jauh, PT ABB disebut tak punya kemampuan finansial maupun tim ahli yang layak untuk mengerjakan revitalisasi pasar. “Mereka bukan developer, tapi calo proyek,” sindirnya.

Selain PT ABB, ada pula nama PT Erra Global Cipta yang ikut terseret. Para pedagang menuding keduanya bukanlah pengusaha, melainkan “spesialis calo proyek” yang lebih lihai membangun konflik ketimbang gedung.

“Mereka kompak menghambat evaluasi yang harusnya dilakukan Pemkot. Wajar kalau kami curiga ada kongkalikong yang lebih dalam,” ungkapnya.

Bagi ribuan pedagang Pasar Kranji Baru, kasus ini adalah pengingat keras, jangan serahkan nasib rakyat pada pengusaha nakal.

“Kalau pembangunan dipercayakan pada orang yang hanya pandai berbohong, pasar bisa berubah jadi malapetaka,” kata Sri Mulyono menambahkan.

Di mata para pedagang, kegagalan ini tak hanya soal uang atau gedung mangkrak. Lebih dari itu, ini tentang kehilangan kepercayaan pada janji pemerintah daerah.

“Kami hanya minta ketegasan, segera evaluasi PT ABB, jangan biarkan pedagang jadi korban selamanya,” tegas mereka.

Ironisnya, hingga kini Pemkot Bekasi seperti menutup mata. Revitalisasi Pasar Kranji Baru yang dulu dielu-elukan sebagai simbol modernisasi, justru berakhir jadi monumen kesedihan:

  • Vendor terlilit hutang miliaran.
  • Pedagang kehilangan lahan usaha.
  • Warga menyaksikan proyek mangkrak yang jadi pemandangan sehari-hari.

“Pasar Kranji Baru memang baru, baru janji, baru mangkrak, baru masalah,” celetuk seorang pedagang sambil tersenyum getir.***

SHARE DISINI!