wawainews.ID, Lamtim – Sejumlah pemudik maupun masyarakat yang hendak mengisi hari libur Lebaran 2019 menikmati fasilitas kolam ikan terapi yang disediakan gratis di Kolam Pemandian Mehalitik Taman Purbakala Pugungraharjo, Kecamatan Sekampungudik, Lampung Timur (Lamtim).
Mereka berkunjung ke Purbakala untuk sekadar relaksasi menghilangkan kejenuhan setelah menempuh perjalanan dengan situasi arus lalu lintas padat.
Seorang warga yang menikmati kolam ikan terapi tersebut, Yuni (31), mengatakan, sengaja berkunjung ke Taman Purbakala, untuk menikmati suasana alam sekaligus melihat sejarah peradapan Lampung yang masih tersisa.
“Setiap saya ke Lamtim, maupun pulang ke Wilayah Sekampungudik, suka mampir dulu ke sini, karena ada terapi ikan,” ucapnya, Minggu (9/6/2019)
Menurut dia, kolam ikan terapi itu telah memberikan manfaat bagi pengunjungnya, selain untuk kesehatan juga bisa menghibur diri karena rasa geli dari gigitan ikan terapi tersebut. Yuni dan keluarga sengaja dihari terakhir memilih berlibur ke Purbakala.
“Setelah kaki dimasukan ke kolam, ikan pada berkerumun, rasanya geli, jadi ingin ketawa,” ujar ibu yang sebagai berprofesi sebagai Bidan di Sidomulyo Lamsel itu.
Di Taman Purbakala, bisa merasakan sensasi pemandian air ‘Bertuah’ menjadi salah satu tujuan terakhir setelah lelah mengitari peninggalan sejarah masa lampau, ya…pemandian itu memilki keunikan dan dikenal sebagai tempat pemandian bidadari zaman dahulu kala. Mandi di pemandian bertuah konon bisa membuat awet muda. Ah itu hanya mitos ! pastinya akan menyegarkan karena sumber air pemandian langsung dari mata air yang jernih layaknya air pegunungan.
Peninggalan lain, yang cukup menarik diteliti ada prasasti Batu Mayit, atau lebih dikenal Batu Kelamin menjadi salah satu daya tarik. Batu ini tersusun dengan sendiri, menyerupai sebuah tempat pertemuan.Ya..Taman Purbakala, tentu memiliki banyak cerita sejarah bagi masyarakat disekitarnya. Bagi warga pribumi desa Gunung Sugih Besar.
Menurut mereka Taman Purbakala tak terpisahkan dari perjalanan budaya dan sejarah kebesaran era ‘ke Ratuan’ karna berbagai peninggalan-peninggalan zaman megalitik (dari tahun 2500 SM), klasik (Hindu-Buddha) sampai Islam terdapat lengkap di sudut desa Gunung Sugih Besar itu.(wahid)