Persona

Aktivis Muda NU: Gus Solah Sosok Ulama Progresif

×

Aktivis Muda NU: Gus Solah Sosok Ulama Progresif

Sebarkan artikel ini

Jakarta – Kepergian untuk selamanya, Kiai Haji Solahudin Wahid pada Minggu (2/2) lalu tidak hanya menyisakan duka lara di tengah keluarga besar Nahdlatul Ulama (NU).

Lebih dari itu, menurut Aktivis Muda NU Deni Gunawan, kepergian ulama yang akrab dengan sapaan Gus Solah tersebut juga menjadikan Indonesia kini kehilangan sosok teladan.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Deni mengatakan, keteladanan Gus Solah dilihat dari bagaimana dia selalu mencurahkan pikirannya untuk kemajuan pesantren dan NU. Padahal Gus Solah sendiri justru tidak pernah mengenyam pendidikan di pesantren.

“Bahkan sampai detik-detik terakhir, beliau masih menuangkan gagasannya untuk NU melalui tulisan reflektif soal NU di usianya ke-94, yang diterbitkan oleh salah saat media massa,” kata Deni dalam pernyataannya pada Selasa (4/2) di Jakarta.

BACA JUGA :  Lilis Setyawati, Politisi Pendatang Baru yang Penuh Kejutan

“Ini artinya beliau adalah sosok ulama yang progresif, rajin menulis, dan selalu memikirkan nasib orang lain, betapapun beliau ini dalam kondisi sakit,” lanjut dia.

Semasa hidup, lanjut Deni, Gus Solah tidak pernah berhenti berjuang untuk persatuan dan kesatuan umat dan bangsa. Ulama itu juga dikenal sangat peduli dengan nasib kaum yang tidak berdaya.

Salah satu di antaranya kala Gus Solah ikut turun tangan untuk mengadvokasi para warga Kendeng, Rembang, Jawa Tengah yang menuntut haknya atas pembangunan pabrik semen.

“Beliau ikut turun mengadvokasi warga Kendeng (Rembang) dengan memanggil anak-anak muda santri, agar memberikan dukungan pada ibu-ibu Kendeng,” ujar Deni.

Hal inilah yang harusnya menjadi contoh bagi generasi muda NU saat ini menurut Deni. Bahwa semangat menulis untuk memberikan ide-ide segar bagi kepentingan umat dan bangsa harus menjadi sebuah budaya yang langgeng.

BACA JUGA :  Iwan Kuswara, Ubah Desa Tertinggal Jadi Berkembang

“Anak-anak NU harus terus belajar dan mengembangkan sayap dan mempelajari apa-apa yang kelak dibutuhkan oleh NU dan bangsa ini, ini telah docontohkan Gus Solah, seorang ulama yang teknokrat, dan seorang teknokrat yang ulama,” tandas aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Jakarta Selatan tersebut.